Custom Search

Senin, 06 Desember 2010

Wasiat Pertama

بِسْمِ ٱللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bagimu wahai saudaraku ! hendaknya memperkuat dan mengoreksi keyakinanmu, perbaikilah keyakinanmu! Karena sesungguhnya keyakinan apabila telah singgah dan menetap pada dada seseorang dan menguasai dirinya, maka hal gaib seakan dipelupuk matanya. Ketika itu orang yang berkeyakinan berkata sebagaimana perkataannya al-Imam ‘Ali r.a.: “Apabila dibukakan tirei penutup rahasia maka tidak akan bertambah keyakinanku”. (yakni bertambahnya keyakinan itu dikarenakan tidak dibukakannya rahasia gaib, karena dunia adalah tempat ujian).

Keyakinan adalah suatu ibarat daripada kuatnya keimanan yang menancap di dada seseorang sehingga bagaikan gunung batu yang kokoh tidak tergoyahkan oleh keragu-raguan dan prasangka yang bukan-bukan sehingga tidak ada satu keraguan dan prasangka pun yang menopang dirinya. Apabila yang meragukan itu datang dari luar maka telinganya tidak mau mendengarnya dan hatinya tidak cenderung kepadanya malah syetan pun tidak mau mendekat kepada orang yang mempunyai keyakinan ini dan malah menjauhinya mencari keselamatan darinya, sebagaimana sabda Rasul s.a.w. ketika memuji sahabatnya sayyidina Umar bin Khattab r.a.:


اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَفْرُقُ مِنْ ظِلِّ عُمَرَ وَمَاسَلَكَ عُمَرُ فَجًّااِلاَّسَلَكَ الشَّيْطَانُ فَجًّاآَخَرَ


Sesungguhnya syaitan menjauh dari bayang-bayang Umar, apabila Umar berjalan di suatu jalan maka syaitan berjalan pada jalan yang lainnya.
Al-Hadits
Dalam hadits Bukhori :

عَنْ صَالِحٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِٱلحَمِيدِ بْنِ عَبْدِٱلرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَلَـٰى رَسُولِ ٱللهِ  وَعِنْدَهُ نِسْوَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُكَلِّمْنَهُ وَيَسْتَكْثِرْنَهُ عَالِيَةً أَصْوَاتُهُنَّ عَلَـٰى صَوْتِهِ فَلَمَّا اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قُمْنَ فَبَادَرْنَ ٱلْحِجَابَ فَأَذِنَ لَهُ رَسُولُ ٱللهِ  فَدَخَلَ عُمَرُ وَرَسُولُ ٱللهِ  يَضْحَكُ فَقَالَ عُمَرُ أَضْحَكَ ٱللهُ سِنَّكَ يَا رَسُولَ ٱللهِ فَقَالَ النَّبِيُّ  عَجِبْتُ مِنْ هَؤُلَاءِ ٱللَّاتِي كُنَّ عِنْدِي فَلَمَّا سَمِعْنَ صَوْتَكَ ابْتَدَرْنَ الْحِجَابَ فَقَالَ عُمَرُ فَأَنْتَ أَحَقُّ أَنْ يَهَبْنَ يَا رَسُولَ ٱللهِ ثُمَّ قَالَ عُمَرُ يَا عَدُوَّاتِ أَنْفُسِهِنَّ أَتَهَبْنَنِي وَلَا تَهَبْنَ رَسُولَ ٱللهِ  فَقُلْنَ نَعَمْ أَنْتَ أَفَظُّ وَأَغْلَظُ مِنْ رَسُولِ ٱللهِ  فَقَالَ رَسُولُ ٱللهِ  إِيهًا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ *
رواه البخارى


Diterima hadits dari Sholih dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid dari Abdurrohman bin Zaid dari Muhammad bin Sa'd bin Abi Waqash dari bapaknya, beliau berkata: "Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. dan di dekat Rasul banyak wanita-wanita Quraisy sedang berbicara dengan Rasulullah s.a.w. sementara mereka ribut dan pembicaraannya melebihi suara Rasulullah s.a.w. ketika Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. para wanita itu cepat-cepat menutupkan hijabnya, dan Umar pun masuk, ketika itu terlihat Rasul tersenyum, dan Umar berkata: "Semoga Allah membahagiakan dan memanjangkan umur Tuan, wahai Rasulallah", maka Rasul bersabda: "Aku kaget dari wanita-wanita di dekatku itu, ketika mereka mendengar suaramu, mereka tergesa-gesa menutupkan hijabnya", kata Umar: "Engkaulah yang paling berhak mereka takutkan wahai Rasulallah", kemudian Umar meneruskan perkataannya: "Wahai musuh-musuh jiwa wanita!, kenapa kalian takut kepadaku tidak takut kepada Rasulullah s.a.w.?" mereka berkata: "banar, engkau lebih keras dan lebih tebal daripada Rasulullah s.a.w.". maka Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ih, begini wahai Ibnal Khathab, demi dzat yang diriku ada di tangan kekuasaanNya, syaithan tidak akan menemuimu pada jalanmu sama sekali kecuali ia melalui selain jalanmu".
HR. Bukhori


Sebab-sebab yang menguatkan keyakinan

Keyakinan bisa kuat dan bagus dengan beberapa sebab:
Pertama: Yang menjadi asal dan pondasinya ialah meresapi dan meneliti ayat-ayat, hadits-hadits dan keterangan-keterangan shahabat yang menunjukan kepada keagungan Allah, kesempurnaan Allah, dan ketunggalan Allah dalam menciptakan semua makhluk, keesaan-Nya dalam megurus dan merajai serta memaksa segala makhluk-Nya. (dalam hal ini seseorang harus menguasai tauhid ketuhanan yang disebut dengan Aqidah Uluhiyyat). Kemudian meresapi dan meneliti ayat-ayat dan hadits-hadits serta keterangan-keterangan yang menunjukan kepada benarnya para Rasul Allah dan kesempurnaannya mereka melebihi makhluk Allah yang lainnya dan diberikannya kekuatan mu’jizat. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid kenabian yang disebut dengan Aqidah Nabawiyyat). Kemudian menela’ah dan meresapi keterangan ayat dan hadits yang menunjukan kepada urusan-urusan gaib seprti urusan pahala bagi orang saleh dan siksaan bagi orang durhaka. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid sam’iyat yang disebut dengan Aqidah sam’iyyat.). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan pirmanNya:


Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
(Al-Ankabut :51)

Kedua: Harus bisa melihat segala keadaaan di langit dan di bumi serta segala keajaiban dari semua ciptaan Allah s.w.t. dengan mata I’tibar (penglihatan batin). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan FirmanNya:


Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar.
(Fushshilat: 53)

Ketiga: mengamalkan segala sesuatu yang ia imani, dzahir bathin sesuai dengan ketentuannya dan dawam melaksanakannya serta mengerahkan segala kemampuannya. Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarat dengan firmanNya:


Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.


Buah dari pada keyakinan:
1. Berpegang teguh kepada jangji Allah;
2. percaya penuh kepada tanggungan Allah;
3. menerima dan menghadap kepada hakikat mementingkan Allah;
4. meninggalkan segala sesuatu yang melupakan Allah;
5. mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah dan bertaubat dalam segala hal;
6. mengerahkan kemampuan demi mencapai keridlaan Allah.

Kesimpulan:
Yakin adalah pokok dan merupakan asal segala kebaikan, semua derajat mulia dan akhlak-akhlak terpuji adalah cabang dan buah daripada keyakinan tersebut, semuanya mengikuti kepada keyakinan, baik kuat, lemah ataupun sah dan tidaknya.
Sabda Lukman a.s. : “Tidak akan mampu amal kecuali dengan yakin dan seseorang tidak beramal kecuali seukuran keyakinannya, begitu pula tidak berkurang amal kecuali akibat dari berkurangnya keyakinan”. Oleh karena itu Rasulullah s.a.w. bersabda:



ٱَلْيَقِيْنُ ٱَلإِمَانُ كُلُّهُ (رواه البخارى


Yakin adalah iman sepenuhnya.
HR. Bukhori


Derajat Ahli Iman Dalam Keyakinannya
1. Derajat Ashabul Yamin; yaitu membenarkan yang pasti dengan sepenuh hati serta mungkin datang keragu-raguan padanya dan tergoyahkan apabila datang apa yang mengajak kepada keraguan itu. Ini disebut dengan Iman.
2. Derajat muqorrobin; yaitu memenuhi hatinya dengan keimanan dan menetapkannya sehingga tidak ada tempat dalam hatinya bagi yang menghilangkan atau mengurangi keimanan tersebut. Dalam derajat ini urusan gaib seakan-akan terlihat dengan mata telanjangnya. Dan ini sisebut Yakin.
3. Derajat Nabiyyin was Siddiqin; yaitu menjadikan urusan gaib menjadi terlihat seperti bisa melihat lauh mahfud dengan mata hatinya. Dan ini disebut Kasysyaf wal ‘ayyan.

Diantara masing-masing derajat mempunyai kelebihan dan sebagiannya lebih unggul daripada yang lainnya, demikianlah Allah mengunggulkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.


Disarikan oleh: AHMAD ROZIE RIDWAN, S.Ag,S.Pd.I, Jelegong... Kab Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar