Al Habib Al Arif Billah Ali bin Abdurrahman Al Masyhur yang tinggal
di Tarim menyebutkan dalam manaqib ayah beliau Al Habib Abdurrahman Al
Masyhur bahwa sang ayah berkata :
Suatu kali aku pernah menemani Al Habib Al Wali Al Arif Billah Ahmad
Al Masyhur pada suatu undangan di rumah seseorang dari keluarga Ar
Ruwayki di Tarim. Ketika itu Al Habib Muhammad bin Ali Assegaf termasuk
orang yang diundang oleh seorang Syekh dari keluarga Bafadol. Saat Hb
Muhammad sampai ke rumah Syekh Ar Ruwayki, beliau mendapati para
undangan sedang membaca maulid Nabi. Saat itu berdekatan dengan mahallul
qiyam.Ketika Hb Ahmad Al Masyhur melihat kedatangan beliau, maka Hb
Ahmad berdiri dengan tergesa-gesa dari tempatnya untuk menyambutnya di
pintu rumah. Hb Ahmad pun menggandeng tangan kiri beliau. Hb Muhammad
tercengang dengan sambutan Hb Ahmad. Namun beliau tetap diam dan penuh
adab. Beliau lalu didudukkan di samping Hb Ahmad.
Padahal Hb Ahmad adalah orang yang sangat berwibawa dan tak pernah
berdiri menyambut seorang pun.Seusai pembacaan maulid dan acara santap
malam, para hadirin pulang ke rumah masing-masing. Hb Abdurrahman
bercerita, “Yang tinggal hanya aku, Hb Muhammad bin Ali, Hb Ahmad Al
Masyhur, dan tuan rumah.” Kemudian Hb Muhammad berbicara dengan penuh
sopan santun karena melihat bahwa dirinya bukanlah seseorang yang pantas
untuk disambut oleh Hb Ahmad yang ketika itu adalah Wali Qutub. “Ya
Habib, aku minta maaf. Kenapa kau harus bangun dan menyambut
kedatanganku di pintu depan?” Hb Ahmad pun menjawab, “Demi Allah,
tidaklah aku berdiri kecuali aku melihat Rasulullah masuk bersamamu dan
menggandeng tangan kananmu.”
Hb Ahmad mengatakan bahwa Rasulullah SAW hadir di setiap mahallul
qiyam dalam pembacaan maulid KECUALI jika di rumah tersebut ada rokok
atau bau rokok.Maka berhati-hatilah bagi setiap orang yang berakal dan
berhati bersih. Jika ia menginginkan Rasulullah hadir di maulidnya, maka
jauhilah ‘pohon yang menjijikkan’ dari rumahnya. Nasihat ini ditujukan
bagi orang yang bersedia menerimanya. Sesungguhnya manusia lebih
mengetahui akan dirinya (Al Qur’an). Apabila Rasulullah tak masuk ke
rumah yang di dalamnya terdapat rokok atau bau rokok, maka bagaimana
bagi orang yang menghisap rokok. Badannya, bajunya, dalam tubuhnya,
semua bau rokok. Maka apabila Rasulullah tak masuk ke rumahnya,
lebih-lebih malaikat Rahmat.Maka aku berkata kepada siapa saja yang
telah mendengar perkataan ini, yang ternukil dari rijalullah yang
terpercaya, kemudian tak mau ingat atau tobat, maka ia berada di dalam
MARABAHAYA. Semoga Allah memberi kita keselamatan dan afiah serta
menjaga anak, cucu, saudara, dan teman kita dari ‘pohon yang
menjijikkan’ tersebut.
(Dinukil dari kitab Masyrobil Hani karya Hb Ahmad bin Abdurrahman Assegaf)
dikutip dari: Pecinta Rasulullah - M Syafii

Custom Search
Sabtu, 25 Desember 2010
Kamis, 23 Desember 2010
KISAH MI’RAJ
KISAH MI’RAJ
(Dikutip dari kitab Qissatil Mi’raj oleh: al-Hammam Barkatul anam Najmuddin al-Ghaithi, dengan syarah kitab Dardir oleh: al-Imam al-Arif billah Abil Barokat Sayyid Ahmad ad-Dardiri rahmatullahi ‘alaihima)
بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika Rasulullah s.a.w. berada di Hijir Isma’il di dekat Baitullah sambil berbaring diantara apitan dua pemuda tangguh, yaitu pamannya Hamzah dan putra pamannya Ja’far bin Abi Thalib, diluar sepengetahuan keduanya, tatkala datang dua malaikat yaitu Jibril dan Mikail yang disertai malaikat lainnya menghampiri Rasulullah dan membawanya pergi ke sumur zamzam, sesampainya di sana para malaikat membaringkan Rasul dan membedahnya dari dada sampai bawah perutnya. Kemudian Jibril berkata pada Mikail: “Ambilkan sebokor air zamzam! Aku akan menyempurnakan hatinya dan melapangkan dadanya” kemudian Jibril mengeluarkan hati Rasul dan membasuhnya tiga kali, melepas segala penyakit hati (kalau dinisbahkan kepada umatnya), sementara Mikail berulang kali mengambil air zamzam dan akhirnya Mikail mengambil bokor emas yang dipenuhi oleh Hikmah dan Iman, kemudian dipenuhilah hati Rasul dengan sifat Hilim (bijak), Ilmu dan Keyakinan serta Keislaman yang sempurna. Setelah itu kemudian dimasukkannya kembali dan dilitakannya, tidak kentara sedikitpun bekas oprasinaya itu. Setelah selesai kemudian Jibril mencap Nabi dengan cap kenabian diantara kedua belikatnya (dengan ini menunjukan tidak akan ada lagi yang diangkat menjadi nabi setelah Rasulullah s.a.w.). Setelah selesai dan kembali secara sediakala, didekatkannya seekor hewan kendaraan yaitu Burok yang sudah memakai pelana. Burok adalah tunggangan putih diatas himar dibawah bigal, yang memijakkan kakinya diujung penglihatannya, yang selalu bergerak telinganya, apabila mendaki gunung kaki belakangnya meninggi dan apabila sampai di lembah kaki depannya meninggi, ia mempunyai kedua sayap dikedua pahanya yang menjadi power penggerak kedua kakinya. Ketika burok menghampiri Rasul, ia kelihatan dan bahagia dan berlengok-lengok sehingga meninggi dengan sendirinya, kemudian Jibril memegang pipinya dan berkata: “Wahai burok apakah kamu tidak malu! Demi Allah tidak akan menunggangimu seorang makhluk pun yang lebih mulia ketimbang Rasulullah”. Kemudian Burok pun merasa malu sehingga keluar keringatnya dan akhirnya diam.
Dalam suatu riwayat bahwa Burok adalah kendaraannya para nabi sebelum Rasul, pendapat Imam Sa’id ibnu al-Musayyab dan yang lainnya, bahwa burok adalah kendaraannya Nabi Ibrahin a.s. yang mana beliau menungganginya ketika berangkat dari Syam (Syiria) ke Baitullah (Makkah) untuk menziarahi (menjenguk) anak dan istrinya yaitu Nabi Isma’il a.s. dan Siti Hajar a.s.
Kemudian Rasul bersama Jibril dan Mikail bertolak membawa burok menuju Mesjid Al-Aqsha Baitul Makdis di Palestina.
Dari keterangan Imam Ibnu Sa’ad, bahwa yang memegang kendali adalah Jibril, sedangkan Mikail memegang lesnya dan keduanya berada di kanan dan kiri burok yang ditunggangi Rosul.
Semuanya berangkat hingga sampai di tanah yang subur penuh dengan pohon kurma, kemudian Jibril berkata: “Wahai tuan silahkan anda turun dan sembahyang di sini”, kemudian Rasul pun mengikuti titahnya, setelah selesai lalu beliau kembali menaiki kendaraannya, setelahnya berlalu, kemudian Jibril bertanya kepada Rasul “Wahai tuan taukah di mana tuan sembahyang?”. Jawab Rasul “tidak” , kata Jibril : “Tuan sembahyang di Thaibah, ke sanalah akan berhijrah”. Burok melesat dengan kecepatannya yang maha canggih sehingga sampailah disuatu tempat ketika itu Jibril berkata pada Rasul “Wahai tuan singgahlah di sini dan silahkan tuan sembahyang!”, kemudian Rasul pun menurutinya, dan setelah selesai, kembali beliau menaiki burok dan berlalu, kata Jibril : “Tahukah tuan dimana tuan sembahyang?” jawab Rasul seperti semuala “tidak”. Kata Jibril “Tuan sembahyang di Madyan di dekat pohon yang dipakai tempat berteduh Musa a.s.” saat itu burok mengudara dan sampailah pada suatu tempat dan Jibril berkata: “Wahai tuan silahkan tuan sembahyang kembali di sini!”. Rasul tidak berbicara selalu menurutinya dan kembali secara semuala, ketika sudah diatas, Jibril bertanya: “Wahai Tuan tahukah dimana tuan sembahyang?” jawab Rasul “tidak”, kata Jibril: “Tuan sembahyang di Tursina yaitu gunung dimana Allah membuka hijab kalam kepada Nabi Musa a.s.”.
Kemudian sampai disuatu kota yang penuh dengan kemegahan bangunan, kata Jibril: “Tuan silahkan sembahyang!” demikianlah Rasul tidak membantahnya. Setelah mengudara, Jibril bertanya: “Wahai tuan tahukah dimana tuan sembahyang?” Jawab Rasul: “tidak”, sahut Jibril: “tuan sembahyang di Betlehem tempat kelahiran Nabi “Isa a.s.”.
Pendapat para Ulama sebagaimana dikutip dalam syarah kisah Mi’raj ini, bahwa Hikmah dari kejadian ini, adalah Rasul mencontoh bagi umatnya agar mengambil berkah dari tempat-tempat suci atau bekas-bekas para Sholihin sebagaimana Rasul melakukannya di tempat-tempat pendahulunya, di sini beliau melakukannya dengan cara sembahyang sesuai titah Tuhannya melalui malaikat Jibril a.s.
Maka penafsiran para ahli: “perbuatan apapu asal dipandang benar dan termasuk ibadah yang dilakukan di tempat-tempat suci dan dimaksud mencari berkah (tabarruk) adalah sah dan diberi pahala.” Berdasar kepada Hadits Muslim dalam kitab Ilmu:
Telah memberikan hadits padaku Zuhair bin Harb, katanya telah memberikan hadits padaku Jarir bin Abdil Hamid dari A'masy dari Musa bin Abdillah bin Yazid dan dari Abi Dluha dari Abdirrahman bin Hilal al-'Absi dari Jarir bin Abdillah, ia berkata: kemudian datang manusia dari orang arab kepada Rasulullah s.a.w. pada mereka mengenakan baju bulu, kemudian Rasul melihat jeleknya tingkah mereka karena didorong oleh suatu hajat, kemudian Rasul menganjurkan manusia agar bersedakah namun mereka berlambat-lambat sehingga terlihat kemarahan di wajah Rasul. (Kata Rawi), kemudian sesungguhnya seseorang dari Ansor datang beserta tas dari dedaunan, kemudian datang lagi yang lainnya berturut-turut sehingga terlihat kesenangan di wajah Rasul, maka Beliau bersabda : barang siapa yang berbuat-buat dalam Islam akan suatu kelakuan yang baik yang diamalkan oleh orang setelahnya, maka dicatat bagi dia pahalanya semisil pahala orang yang mengamalkan sebelumnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahal-pahala mereka, dan barang siapa yang berbuat-buat perbuatan jelek yang diamalkan oleh orang setelahnya, maka dicatat bagi ddosanya seumpama dosa yang mengamalkan sebelumnya dan tidak dikurangi sedikitpun dari dosanya.
Selanjutnya Ketika Rasul sedang berjalan isra di atas burok bersama malaikat Jibril dan Mikail, tahu-tahu ada iprit (yaitu sebangsa Jin) mengejar hendak menghampiri Rasul sambil membawa obor, setiap kali Rasul menolehnya, maka Rasul melihat ia berhenti, demikian seterusnya sehingga Jibril bertanya: “wahai tuan! Apakah tidak pernah aku ajarkan kalimat-kalimat yang apabila tuan membacanya akan padam obornya dan tersungkur”. Sabda Rasul: “tentu wahai Jibril”. Kata Jibril: “katakanlah :
أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لاَيُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَفَاجِرٌ مِنْ شَرِّمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمِنْ شَرِّمَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّمَا ذَرَأَ فىِ الْأَرْضِ وَمِن شَرِّمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّطَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَارَحْمَنُ
Aku berlindung kepada dzat Allah Yang Maha Mulia dan kepada Kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak bisa melewatinya semua yang baik dan yang buruk, baik dari kejelekan yang turun dari langit dan naik ke sana dan dari kejelekan yang berjalan di muka bumi dan keluar darinya, juga dari fitnah malam dan siang, dari penjarah siang dan malam, kecualai pengetuk kebaikan wahai Yang Maha Penyayang.
Setelah Rasul membaca kalimat ini tersungkurlah ifrit ke tanah dan terbakar mulutnya dengan api sehingga padam. Kemudian Rasul meneruskan perjalanannya sehingga sampai kepada sekelompok kaum yang didapatinya sedang bertanam dan panen seketika itu, begitu keadaannya seterusnya, Rasul bertanya:
“Wahai Jibril siapakah orang ini?”,
Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang jihad di jalan Allah dilipatkan pahala kebaikannya bagi mereka sampai tujuh ratus lipat, dan segala sesuatu yang mereka infakkan, Allah menggantinya".
Kemudian Rasul mendapati wewangian yang semerbak, maka beliau bertanya: “Wahai Jibril wangi apakah ini?”, Jibril menjawab: “Inilah harumnya Siti Mashitoh dan anak-anaknya”.
Siti Masithoh adalah seorang wanita yang mempertahankan keyakinannya terhadap Allah, ia adalah seorang wanita penyisir keluarga Firaun, yang ditugaskan merawat anaknya yang kebetulan anak Firaun ini mempunyai penyakit kulit yang tdak tersembuhkan walaupun ayahnya adalah seorang Tuhan dalam pengakuannya tapi ia tidak bisa menyembuhkannya. Ketika itu Siti Masithoh sedang menyisir anak perempuan Firaun tersebut, tatkala sisirnya jatuh, kemudian Masithoh mengambilnya dan secara reflek lisannya berkata: “Dengan nama Allah semoga hancur Firaun” dengan terheran anak Firaun ini bertanya: “Hai Masithoh siapa Allah itu?”,
Secara sepontan Masithoh menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Kata anak Firaun: “Apakah kamu punya Tuhan selain bapaku?”
Jawab Masithoh: “ Tentu”
Kata anak Firaun : “Aku akan melaporkannya pada bapaku”
Jawab Masithoh: “Silahkan!”.
Akhirnya disampaikannya cerita ini kepada Firaun, maka Firaun memanggilnya dan dengan garang Firaun bertanya pada Masithoh.
Kata Firaun: “Wahai Masithoh benarkah kamu punya Tuhan selain Aku?”
Jawab Masithoh: “Benar, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Firaun sangat geram mendengar jawaban Masithoh, sementara Masithoh adalah seorang istri dari seorang suami dan mempunyai dua orang anak, maka dipanggilnya mereka dan dipaksa supaya mengakui Tuhan pada dirinya, namun keteguhan keyakinan keluarga Masithoh sangatlah kokoh tidak tergoyahkan oleh ancaman apapun yang dilontarkan Firaun, sehingga Firaun tidak sanggup menahan amarahnya dan meledaklah kemarahannya sampai memuncak dan mengancam Masitoh dan keluarganya agar dibunuh, direndam di air panas yang mendidih.
Kata Firaun: “Wahai Masithoh Sesungguhnya aku akan membunuh kalian semua”
Timpal Masithoh: “Itu lebih baik bagi kami jika kau membunuh dan menguburkan kami dalam satu lubang daripada mengaku Tuhan padamu”
Geram Firaun: “Itu bagi kamu, dan itu lebih baik karena memalingkanku dari hak”
Kemudian Firaun memerintahkan pasukannya agar menyediakan wajan tembaga besar yang diisi air di atas tungku besar yang dipanaskan, kemudian memerintahkan agar Siti Masitoh berikut keluarganya dilemparkan ke dalam wajan tersebut jika berisi keras mempertahankan keyakinannya. Setelah perdebatan keras antara Siti Masithoh dan Firaun, maka dilemparkannya satu-persatu, mulai dari suaminya kemudian anak sulungnya dan kemudian anak bungsunya yang masih disusuinya, begitu bayi berusia tujuh bulan ini akan dilemparkan, Masitoh menjerit sambil merangkak dan berseru: “Firaun ….!!! Tunggu ….!!!”.
Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa bayi Masitoh ini masih berusia tujuh bulan, ketika diambil oleh Firaun untuk dilemparkan, rasa iba pada diri Masitoh timbul dan hampir-hampir menuruti keinginan Firaun sehingga ia merangkak meminta anaknya kembali, namun ketika itu si bayi ini bicara: “Ya Ummah, Wahai ibuku ! ceburkanlah dirimu ! jangan ragu-ragu Sesungguhnya engkau ada dalam Hak dan dalam agama yang benar. Menjaga agamamu lebih utama daripada menjaga dirimu dan anak-anakmu”.
Begitu Masitoh mendengar perkataan bayinya ini, seketika tercium harumnya Sorga, maka saat itu pulalah Masitoh merebut anaknya dari genggaman Firaun dan langsung melompat ke dalam kancah beserta keluarganya.
Demikianlah kisah Masitoh seorang perempuan yang mempertahankan keyakinan dan keimanannya, dari perjuangannya inilah tecium harum yang semerbak sebagai pahala dari Allah dan dijumpai Rasul ketika perjalanan Isra ini.
Dalam suatu riwayat bahwa anak yang berbicara dikala bayi ada 4, sebagian menambahkan ada 11 dan sebagian lagi menambahkan ada 13 bayi. (ceritanya bisa dibaca pada buku 13 Bayi Bicara).
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya, dan sampailah pada sekelompok kaum yang sedang dipukuli kepalanya dengan batu sehinga pecah dan tak henti-hentinya menjerit-jerit, setelah pecah kembali lagi seperti semula kemudian dipukuli lagi demikian seterusnya, karena sangat menakutkan.
Rasul bertanya: “Wahai Jibril siapakah mereka?”
Jawab Jibril: “Wahai baginda mereka ummatmu yang kepalanya berat untuk melaksanakan sujud kepada Allah, mereka meninggalkan shalat-shalat fardu”.
Selanjutnya Rasul melihat orang-orang yang dibelenggu dari depan dan dibelakangnya, mereka digiring seperti onta dan sapi disuapi kayu Dlori’ dan Zaqum (sejenis kayu berduri dan pahit) juga bara Jahannam dan bebatuannya, begitu mereka memakannya terdengar jeritan kesakitan.
Tanya Rasul: “Wahai Jibril siapa mereka?”
Jawab Jibril: “Mereka adalah orang-orang sewaktu di dunianya tidak pernah mengeluarkan zakat hartanya, Allah tidak mendzalim mereka sedikitpun”.
Kemudian sampai pada suatu kaom yang diberi dua hidangan di depannya, yang satu diisi dengan daging segar yang gurih, dan satunya lagi daging busuk dan bau, mereka mengharapkan memakan daging segar, akan tetapi malah memakan daging busuk.
Rasul bertanya : “Wahai Jibril,apa ini?”,
Sahut Jibril: “Lelaki ini adalah dari ummatmu, ia mempunyai istri yang halal sementara ia tidur dengan wanita lain yang tidak halal baginya. Dan itu seorang perempuan, ia mempunyai suami yang halal sementara ia tidur bersama lelaki lain.”
Kemudian Rasul melihat sebatang kayu dipinggir jalan tidak ada seorangpun yang bisa melewatinya, kecuali terkoyak dan sobek oleh kayu itu.
Tanya Rasul: “Coba terangkan wahai Jibril, gambaran apakah ini?”.
Kemudian Jibril pun menerangkan:
“Ini adalah perumpamaan orang-orang dari umatmu yang suka duduk di jalan dan menghalangi orang yang lewat, serta memalingkan tujuan baik orang yang lewat tersebut”
kemudian Jibril membaca ayat:
Dan jangan kalian duduk ditiap-tiap jalan menghalangi dan menakut-nakuti orang yang beriman dan membelokkan mereka dari jalan Allah.
(Al-A'rof 86)
Kemudian Rasul melihat orang yang berenang-renang di sungai darah sambil dilempari batu nereka.
“Siapakah orang ini wahai Jibril?” Tanya Rosul
“Dia umpama orang yang suka memakan riba” jawab Jibril.
Selanjutnya Rasul melihat orang yang sedang mengumpulkan kayu bakar dan hendak dibawanya, akan tetapi ia tidak mampu membawanya sudah jelas demikian malah ditambahnya kembali.
“orang ini siapa wahai Jibril?” Rasul bertanya
Jawab Jibril: “Ia adalah seseorang dari umatmu yang memikul amanat manusia dan ia tidak mampu melaksanakannya, akan tetapi ia meminta kembali”.
Dalam perjalanan isra ini kemudian Rasul melihat sekelompok orang yang digunting lidah dan bibir-bibirnya dengan gunting besi neraka, setiap kali digunting mereka menjerit, dan kembali secara sedia kala dan demikian seterusnya. Rasul pun bertanya:
“Wahai Jibril siapa mereka?”.
Kata Jibril: “Mereka adalah penyebar fitnah mereka berhotbah sementara mereka sendiri yang tidak melakukannya”.
Kemudian melewati suatu kaom yang berkuku tembaga, mereka mencakar muka dan dadanya sendiri, setiap mereka mencakar terdengar jeritan dan tangisan mereka.
Rasul bertanya: “Wahai Jibril mereka itu siapa?”
Kata Jibril: “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging-daging manusia, yaitu orang-orang yang suka menceritakan keaiban saudaranya (gibbah)”.
Kemudian melihat suatu lubang kecil dan keluar darinya sapi besar, dan sapi ini memaksakan diri ingin masuk kembali kedalam lubang tersebut akan tetapi ia tidak mampu, lalu Rasul bertanya:
"Wahai Jibril , lelaki semacam apa lagi orang ini?"
"ia adalah dari umatmu yang pernah berkata dengan perkataan yang berakibat besar dan ia merasa menyesal dengan perkataannya itu, akan tetapi ia tidak bisa meluruskan kesalahan perkataannya itu". Jawab Jibril.
Selanjutnya ketika Rasul melanjutkan perjalanan-nya, tak tahunya ada yang memangil-mangil dari sebelah kanan ingin dilihat oleh Rasul, katanya: "Wahai Muhammad lihatlah aku ! aku minta lihatlah!" . Tapi Rasul tidak menghiraukannya, malah balik bertanya kepada malaikat Jibril,
"Wahai Jibril siapa orang ini?" Jibril menjawab:
"Dia itu Yahudi, seandainya Tuan memenuhi keinginannya tentu jadi yahudilah umat Tuan".
Kemudian ada lagi yang memanggil dari sebelah kiri, katanya: "Wahai Muhammad lihatlah akuu..!, aku mohooon!!" namun Rasul tidak menolehnya.
Rasul : "Siapa orang ini wahai Jibril?"
Jibril :"Dia adalah pengajak nasrani, apabila tuan menjawabnya, tentu umat tuan jadi nasrani."
Kemudian berhadapan dengan wanita yang penuh dengan perhiasan sampai kedua sikutnya, ia memanggil-manggil: "Wahai Muhammad aku mohon lihatlah aku!". Namun Rasul tidak menolehnya dan tidak memberikan isyarat sedikitpun baik dengan kepala, mata, dan juga hatinya.
Rasul :"Siapa dia?"
Jibril :"Dia adalah dunia, jika tuan melihatnya tentu umat tuan akan memilihnya dari pada akhirat."
Selanjutnya ada kakek-kakek yang sudah bongkok di pinggir jalan memanggil-manggil, katanya: "Haaii Muhammad mampirlah kesini!!.Sepontan malaikat Jibril memacu buroknya dengan cepat. Kemudian Rasul bertanya.
Rasul :"Siapa dia Jibril?"
Jibril :"Dia adalah musuh Allah, dia iblis, ia mengharapkan tuan menolehnya."
Kemudian ada nenek-nenek jompo berjalan dengan tertatih-tatih, meratap, meminta dan memanggil dari pinggir jalan. Seraya berkata :"Wahai Muhammad kumohon lihatlah aku ". Rasulpun tidak menolehnya.
Rasul : "Wahai Jibril siapa lagi ini ?"
Jibril : "Sesungguhnya ia adalah gambaran umur dunia, tidak tersisa umurnya yang tuan lihat, kecuali seusia nenek-nenek ini, dan sesungguhnya sudah dekat hilangnya dunia, dan sesungnya tuan adalah penutup dari semua para nabi."
Setelah melewati beberapa kejadian yang Rasul jumpai, akhirnya sampailah di kota Baitul maqdis dari arah Yamani. Kemudian Beliau turun dari Buroq dan mengikat talinya pada tiang pintu masjid, sebagaimana para Nabi terdahulu mengikatkan tunggangannya disana. Dalam satu riwayat, bahwa Jibril mencari batu dan melubangi dengan tangannya kemudian mengikatkan burok pada batu itu, dan kemudian Rasul memasuki mesjid beserta Jibril dan Mikail dari pintu depan, kemudian masing-masing shalat dua roka'at di dalamnya, tidak seberapa lama berkumpullah manusia dan mereka pun sembahyang dua roka'at. Tak lama kemudian Muadzin mengumandangkan Adzan dan diteruskan dengan Iqomat, maka orang-orang pun berbaris sambil menunggu siapa yang akan mengimami mereka. Kemudian Jibril mengambil tangan Rasul agar mengimami semua yang hadir itu, maka semuanya berjamaah sembahyang bersama Rasul.
Dari kisah yang diriwayatkan Ka'ab al-Akhbar, bahwa Jibril mengundang semua para malaikat agar turun dari langit dan berkumpul bersama para Nabi dan para Rasul untuk berjama'ah sembahyang bersama Rasulullah s.a.w.
Setelah selesai shalat kemudian Jibril berkata: "Ya Muhammad, wahai tuan tahukah siapa mereka yang shalat di belakang tuan?". "Tidak" jawab Rasulullah s.a.w. jawab Jibril: "Mereka adalah para Nabi yang diutus Allah".
Kemudian para Nabi pun memuji kepada Tuhannya dengan pujian yang sangat indah, maka Rasulullah s.a.w. bergumam : "Masing-masing memuji Allah Tuhannya dan akupun akan memujiNya" kemudian Rasulullah s.a.w. memuji Allah dengan pujiannya:
Segala puji bagi Allah Yang Telah Mengutus Aku sebagai Rahmat untuk sekalian alam. dan meliputi (membawahi) manusia sebagai pembawa berita bahagia dan pemberi peringatan, dan Allah telah menurunkan kepadaku al-Qur'an yang di dalamnya penjelasan bagi segala sesuatu, dan Ia (Allah) Yang telah menjadikan ummatku sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan bagi manusia, Dia (Allah) Yang telah menjadilan umatku sebagai umat yang menjadi pelantara, Dia (Allah) Yang telah menjadikan umatku umat yang terawal dan yang terakhir, Dia (Allah) Yang telah melapangkan dadaku, Yang telah melepaskan kehilapanku, Yang telah mengangkat sebutanku dan Dia (allah) Yang telah menjadikanku pembuka dan penutup segala Nabi.
Dengan pujian Rasulullah s.a.w. ini maka Nabi Ibrahim s.a.w. berkata: "Dengan inilah Muhammad telah mengungguli kalian semua.
Ketika itu Rasulullah merasakan dahaga yang sangat, lalu Jibrilpun memberikan dua lumur yang masing-masing diisi dengan arak dan air susu kemudian Nabi memilih air susu, maka kata Jibril: "Tuan telah memilih Fithrah (kesucian), apabila Tuan meminum arak niscaya umatmu akan membangkang dan tidak mengikutimu terkecuali sedikit". Dalam suatu riwayat bahwa yang diberikan kepada Nabi itu ada tiga lumur yang ketiganya adalah air dan kata Jibril "apabila Tuan meminum air tentu umatmu akan ditenggelamkan". Dalam riwayat lain yang ketiga ini adalah madu pengganti air.
Setelah meminum susu lalu Rasul melihat para bidadari dari sebelah pinggir batu kemudian Rasul memberi salam dan bertanya kepada mereka dan merekapun menjawabnya dengan lemah lembut dan penuh kebahagiaan.
Kemudian disediakannya tangga yang disebut dengan Mi'raj yaitu tempat naiknya semua arwah keturunan Nabi Adam ke langit, adapun Nabi menaikinya adalah dengan jasad beserta ruhnya. Mi'raj merupakan tangga yang paling bagus tidak ada yang lebih bagus dari tangga ini, kaki-kaki tangganya dibuat dari emas dan perak yang dihiasi dengan permata dan mutiara yang diambil dari Sorga Firdaus, kemudian oleh Jibril disimpan di atas batu tadi dan ujungnya sampai pada ujung langit sehingga berada di atas langit paling atas. Kemudian Nabi menikinya beserta Jibril sementara dikanan dan kiri Nabi penuh dengan malaikat sampai ke pintu-pintu langit dunia yang disebut dengan pintu Hafadzah disana ada penjaga dari golongan malaikat yang bernama Isma'il, ia adalah penjaga pintu langit dunia tidak penah naik ke langit dan tidak pernah turun ke bumi selamanya kecuali pada hari wafatnya Nabi s.a.w., dihadapannya ada seribu malaikat, masing-masing malaikat mempunyi 70 ribu tentara malaikat.
Kemudian Jibril meminta izin padanya agar dibukakan pintu langit,
kata penjaga: "siapa ini?",
"Jibril" sahut Jibril,
"siapa bersamamu?" katanya.
Malaikat Jibril menjawab: "dengan Muhammad"
"apakah Ia Rasulullah?" katanya lagi
"benar" jawab Jibril.
Seketika itu terdengar sambutan dari dalam:
"bahagialah dengan Muhammad s.a.w. selamat datang semoga Allah mengagungkan dan memuliakannya serta memanjangkan umurnya sebagai sudara dan pengganti Allah dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya, sebaik-baiknya Khalifah dan sebaik-baiknya yang datang telah tiba".
Maka dibukakanlah pintu bagi mereka berdua, setelah di dalam ternyata yang menyahut tadi adalah Nabi Adam a.s. Beliau adalah bapaknya manusia persis berbadan seperti waktu pertama diciptakan Allah tidak berubah sedikitpun, yang mana tinggi badannya adalah 60 hasta dan lebarnya adalah 7 hasta, saat itu diperlihatkan kepada Nabi Adam ruh-ruh para Nabi dan keturunannya yang beriman. Berkata Nabi Adam: "Ruh yang suci dan jiwa yang bersih jadikanlah jiwa-jiwamu pada surga 'Iliyyin", kemudian diperlihatkan pula ruh dan keturunannya yang kafir, Nabi Adam berkata: "Ruh yang kotor dan jiwa yang murka jadikanlah jiwa-jiwamu dalam Neraka Sijjin", selanjutnya Nabi Adam melihat sekelompok manusia di sebelah kanannya dan terlihat ada pintu masuk yang keluar dari dalamnya wangi yang sangat harum, dan juga melihat sekelompok lagi dari sebelah kirinya dan juga ada pintu masuk yang keluar dari dalamnya angin yang bau menyayat. Apabila beliau melihat kesebelah kanan maka kelihatan beliau gembira dan tersenyum, tapi apabila melihat ke sebelah kiri beliau bersedih dan menangis.
Kemudian Rasulullah s.a.w. memberikan salam padanya dan Nabi Adam pun menjawab salam Rasul, kemudian berkata: "Salam bahagia bagi anak yang shaleh dan Nabi yang shaleh".
"Siapa beliau ya Jibril?" Tanya Rasul
"Beliau adalah abahMu Adam a.s." jawab Jibril.
"Siapakah mereka yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri ?"
"mereka adalah keturunan beliau, maka yang ada disebelah kanan, mereka adalah ahli surga sehingga nabi Adam bahagia dan tersenyum melihat mereka. Dan mereka yang di sebelah kiri adalah ahli neraka, nabi Adam menangis dan bersedih karenanya. Pintu yang di sebelah kanan adalah pintu surga, pintu di sebelah kiri adalah pintu neraka, demikianlah nabi Adam bahagia dan bersedih".
Kemudian Rasul melewatinya sejenak dan terlihat orang yang memakan riba, memakan harta yatim, orang yang zina, dan sebagainya dari orang-orang durhaka, semuanya dalam keadaan yang sangat menyedihkan sebagaimana tadi dikala isra diperlihatkan.
Kemudian naik ke langit kedua. Jibril meminta izin untuk dibukakan pintunya.
" Siapa ini ?" kata yang bertanya.
" Jibril!" Jawab Jibril.
" Siapa besertamu ?" Tanyanya lagi.
"Muhammad " Jawab Jibril.
" Apakah ia Rasul Allah ?"
" Benar ".Tegas Jibril.
Terdengarlah sambutan dari dalam :
"Bahagialah Muhammad s.a.w. selamat datang semoga Allah mengagungkan dan memuliakannya serta memanjangkan umurnya sebagai sudara dan pengganti Allah dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya, dialah sebaik-baiknya Khalifah dan sebaik-baiknya yang datang, ia telah tiba".
Setelah di dalam ternyata bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam beserta anak saudara ibunya Nabi Yahya bin Zakaria alaihimussalam, keduanya sedanag duduk di atas permadani dari yakut, beserta mereka para pengikutnya. Kemudian Rasul memberikan salam kepada mereka, dan merekapun menjawab sereta berkata: "Bahagialah saudara yang shalih dan Nabi yang shaleh" selanjutnya keduanya mendo'akan nya.
Kemudian naik lagi ke langit ke tiga, seperti semula Jibril meminta izin masuk beserta Rasul dan beliau bertemu dengan Nabi Yusuf a.s. dan pengikutnya setelah dipersilahkan olehnya. Nabi Yausuf adalah nabi yang memiliki setengah ketampanan dari ketampanan baginda Rasul. Sebagian riwayat meneyatakan bahwa ketampanan dibagi dua yang satu kepada baginda Rasul dan yang satunya lagi dibagi dua setengah untuk Nabi Yusuf dan setengahnya lagi dabagikan Allah kepada seluruh hambanya di muka bumi ini.
Kemudian naik lagi ke langit ke empat dan setelah dipersilahkan, beliau bertemu dengan Nabi Idris a.s..
Nabi Idris diangkat ke langit keempat saat masih beliau hidup di dunia seperti halanya Nabi Isa a.s. beliau berada beserta Malaikat yang mewakili matahari. Dalam riwayat lain beliau derada di dekat Malaikat Muqorobin.
Pada suatu saat malaikat pemikul matahari datang kepada Nabi Idris dan meminta dido'akan agar diringankan dalam membawa matahari, maka kemudian Nabi Idris mendo'akannya dan diijabahlah do'anya itu. Ketika beliau diangkat ke langit dengan idzin Allah s.w.t. beliau meminta kepada Allah agar dimasukkan ke sorga, maka ketika itu dikatakan bahwa tidak akan masuk ke dalam sorga kecuali orang yang telah merasakan kematian, kemudian iapun meminta agar dimatikan dan Allah mengabulkannya. Maka dengan dicabut ruhnya oleh Malaikat 'Azroil beliaupun merasakan kematian itu, dan setelahnya kemudian dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t. selanjutnya Nabi Idris meminta kepada Allah agar diperlihatkan kepada neraka, maka beliau pun bisa melihat kehidupan neraka yang begitu mengerikan, kemudian beliau meminta agar bisa melihat sorga dan bisa memasukinya. Ketika beliau sudah berada di dalam sorga, maka malaikat sorga berkata kepadanya sambil memerintah: "Wahai Idris silahkan kamu pulang sekarang!" kata Nabi Idris: "Aku tidak akan keluar dari sini, dikarenakan Aku sudah mati, aku sudah melihat neraka dan sudah memasuki sorga, mana ada orang yang telah masuk sorga seletah matinya bisa kelauar kembali darinya?, 'kan orang yang sudah masuk sorga ia tidak akan keluar lagi selamanya?". Maka Allah mengizinkan beliau untuk bermukim disana. Allah Maha Mengetahui lagi Maha perkasa.
Kemudian Rasul bersama Jibril memasuki langit ke lima seperti halnya yang lalu. Disana beliau bertemu dengan Nabi Harun a.s.
bersambung.......
Disarikan oleh: AHMAD ROZIE RIDWAN, S.Ag,S.Pd.I, Jelegong... Kab Bandung
(Dikutip dari kitab Qissatil Mi’raj oleh: al-Hammam Barkatul anam Najmuddin al-Ghaithi, dengan syarah kitab Dardir oleh: al-Imam al-Arif billah Abil Barokat Sayyid Ahmad ad-Dardiri rahmatullahi ‘alaihima)
بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika Rasulullah s.a.w. berada di Hijir Isma’il di dekat Baitullah sambil berbaring diantara apitan dua pemuda tangguh, yaitu pamannya Hamzah dan putra pamannya Ja’far bin Abi Thalib, diluar sepengetahuan keduanya, tatkala datang dua malaikat yaitu Jibril dan Mikail yang disertai malaikat lainnya menghampiri Rasulullah dan membawanya pergi ke sumur zamzam, sesampainya di sana para malaikat membaringkan Rasul dan membedahnya dari dada sampai bawah perutnya. Kemudian Jibril berkata pada Mikail: “Ambilkan sebokor air zamzam! Aku akan menyempurnakan hatinya dan melapangkan dadanya” kemudian Jibril mengeluarkan hati Rasul dan membasuhnya tiga kali, melepas segala penyakit hati (kalau dinisbahkan kepada umatnya), sementara Mikail berulang kali mengambil air zamzam dan akhirnya Mikail mengambil bokor emas yang dipenuhi oleh Hikmah dan Iman, kemudian dipenuhilah hati Rasul dengan sifat Hilim (bijak), Ilmu dan Keyakinan serta Keislaman yang sempurna. Setelah itu kemudian dimasukkannya kembali dan dilitakannya, tidak kentara sedikitpun bekas oprasinaya itu. Setelah selesai kemudian Jibril mencap Nabi dengan cap kenabian diantara kedua belikatnya (dengan ini menunjukan tidak akan ada lagi yang diangkat menjadi nabi setelah Rasulullah s.a.w.). Setelah selesai dan kembali secara sediakala, didekatkannya seekor hewan kendaraan yaitu Burok yang sudah memakai pelana. Burok adalah tunggangan putih diatas himar dibawah bigal, yang memijakkan kakinya diujung penglihatannya, yang selalu bergerak telinganya, apabila mendaki gunung kaki belakangnya meninggi dan apabila sampai di lembah kaki depannya meninggi, ia mempunyai kedua sayap dikedua pahanya yang menjadi power penggerak kedua kakinya. Ketika burok menghampiri Rasul, ia kelihatan dan bahagia dan berlengok-lengok sehingga meninggi dengan sendirinya, kemudian Jibril memegang pipinya dan berkata: “Wahai burok apakah kamu tidak malu! Demi Allah tidak akan menunggangimu seorang makhluk pun yang lebih mulia ketimbang Rasulullah”. Kemudian Burok pun merasa malu sehingga keluar keringatnya dan akhirnya diam.
Dalam suatu riwayat bahwa Burok adalah kendaraannya para nabi sebelum Rasul, pendapat Imam Sa’id ibnu al-Musayyab dan yang lainnya, bahwa burok adalah kendaraannya Nabi Ibrahin a.s. yang mana beliau menungganginya ketika berangkat dari Syam (Syiria) ke Baitullah (Makkah) untuk menziarahi (menjenguk) anak dan istrinya yaitu Nabi Isma’il a.s. dan Siti Hajar a.s.
Kemudian Rasul bersama Jibril dan Mikail bertolak membawa burok menuju Mesjid Al-Aqsha Baitul Makdis di Palestina.
Dari keterangan Imam Ibnu Sa’ad, bahwa yang memegang kendali adalah Jibril, sedangkan Mikail memegang lesnya dan keduanya berada di kanan dan kiri burok yang ditunggangi Rosul.
Semuanya berangkat hingga sampai di tanah yang subur penuh dengan pohon kurma, kemudian Jibril berkata: “Wahai tuan silahkan anda turun dan sembahyang di sini”, kemudian Rasul pun mengikuti titahnya, setelah selesai lalu beliau kembali menaiki kendaraannya, setelahnya berlalu, kemudian Jibril bertanya kepada Rasul “Wahai tuan taukah di mana tuan sembahyang?”. Jawab Rasul “tidak” , kata Jibril : “Tuan sembahyang di Thaibah, ke sanalah akan berhijrah”. Burok melesat dengan kecepatannya yang maha canggih sehingga sampailah disuatu tempat ketika itu Jibril berkata pada Rasul “Wahai tuan singgahlah di sini dan silahkan tuan sembahyang!”, kemudian Rasul pun menurutinya, dan setelah selesai, kembali beliau menaiki burok dan berlalu, kata Jibril : “Tahukah tuan dimana tuan sembahyang?” jawab Rasul seperti semuala “tidak”. Kata Jibril “Tuan sembahyang di Madyan di dekat pohon yang dipakai tempat berteduh Musa a.s.” saat itu burok mengudara dan sampailah pada suatu tempat dan Jibril berkata: “Wahai tuan silahkan tuan sembahyang kembali di sini!”. Rasul tidak berbicara selalu menurutinya dan kembali secara semuala, ketika sudah diatas, Jibril bertanya: “Wahai Tuan tahukah dimana tuan sembahyang?” jawab Rasul “tidak”, kata Jibril: “Tuan sembahyang di Tursina yaitu gunung dimana Allah membuka hijab kalam kepada Nabi Musa a.s.”.
Kemudian sampai disuatu kota yang penuh dengan kemegahan bangunan, kata Jibril: “Tuan silahkan sembahyang!” demikianlah Rasul tidak membantahnya. Setelah mengudara, Jibril bertanya: “Wahai tuan tahukah dimana tuan sembahyang?” Jawab Rasul: “tidak”, sahut Jibril: “tuan sembahyang di Betlehem tempat kelahiran Nabi “Isa a.s.”.
Pendapat para Ulama sebagaimana dikutip dalam syarah kisah Mi’raj ini, bahwa Hikmah dari kejadian ini, adalah Rasul mencontoh bagi umatnya agar mengambil berkah dari tempat-tempat suci atau bekas-bekas para Sholihin sebagaimana Rasul melakukannya di tempat-tempat pendahulunya, di sini beliau melakukannya dengan cara sembahyang sesuai titah Tuhannya melalui malaikat Jibril a.s.
Maka penafsiran para ahli: “perbuatan apapu asal dipandang benar dan termasuk ibadah yang dilakukan di tempat-tempat suci dan dimaksud mencari berkah (tabarruk) adalah sah dan diberi pahala.” Berdasar kepada Hadits Muslim dalam kitab Ilmu:
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ مُوسَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ وَأَبِي الضُّحَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ الْعَبْسِيِّ عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ نَاسٌ مِنَ الْأَعْرَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمُ الصُّوفُ فَرَأَى سُوءَ حَالِهِمْ قَدْ أَصَابَتْهُمْ حَاجَةٌ فَحَثَّ النَّاسَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَأَبْطَئُوا عَنْهُ حَتَّى رُئِيَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ قَالَ ثُمَّ إِنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ جَاءَ بِصُرَّةٍ مِنْ وَرِقٍ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ ثُمَّ تَتَابَعُوا حَتَّى عُرِفَ السُّرُورُ فِي وَجْهِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Telah memberikan hadits padaku Zuhair bin Harb, katanya telah memberikan hadits padaku Jarir bin Abdil Hamid dari A'masy dari Musa bin Abdillah bin Yazid dan dari Abi Dluha dari Abdirrahman bin Hilal al-'Absi dari Jarir bin Abdillah, ia berkata: kemudian datang manusia dari orang arab kepada Rasulullah s.a.w. pada mereka mengenakan baju bulu, kemudian Rasul melihat jeleknya tingkah mereka karena didorong oleh suatu hajat, kemudian Rasul menganjurkan manusia agar bersedakah namun mereka berlambat-lambat sehingga terlihat kemarahan di wajah Rasul. (Kata Rawi), kemudian sesungguhnya seseorang dari Ansor datang beserta tas dari dedaunan, kemudian datang lagi yang lainnya berturut-turut sehingga terlihat kesenangan di wajah Rasul, maka Beliau bersabda : barang siapa yang berbuat-buat dalam Islam akan suatu kelakuan yang baik yang diamalkan oleh orang setelahnya, maka dicatat bagi dia pahalanya semisil pahala orang yang mengamalkan sebelumnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahal-pahala mereka, dan barang siapa yang berbuat-buat perbuatan jelek yang diamalkan oleh orang setelahnya, maka dicatat bagi ddosanya seumpama dosa yang mengamalkan sebelumnya dan tidak dikurangi sedikitpun dari dosanya.
Selanjutnya Ketika Rasul sedang berjalan isra di atas burok bersama malaikat Jibril dan Mikail, tahu-tahu ada iprit (yaitu sebangsa Jin) mengejar hendak menghampiri Rasul sambil membawa obor, setiap kali Rasul menolehnya, maka Rasul melihat ia berhenti, demikian seterusnya sehingga Jibril bertanya: “wahai tuan! Apakah tidak pernah aku ajarkan kalimat-kalimat yang apabila tuan membacanya akan padam obornya dan tersungkur”. Sabda Rasul: “tentu wahai Jibril”. Kata Jibril: “katakanlah :
أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لاَيُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَفَاجِرٌ مِنْ شَرِّمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمِنْ شَرِّمَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّمَا ذَرَأَ فىِ الْأَرْضِ وَمِن شَرِّمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّطَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَارَحْمَنُ
Aku berlindung kepada dzat Allah Yang Maha Mulia dan kepada Kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak bisa melewatinya semua yang baik dan yang buruk, baik dari kejelekan yang turun dari langit dan naik ke sana dan dari kejelekan yang berjalan di muka bumi dan keluar darinya, juga dari fitnah malam dan siang, dari penjarah siang dan malam, kecualai pengetuk kebaikan wahai Yang Maha Penyayang.
Setelah Rasul membaca kalimat ini tersungkurlah ifrit ke tanah dan terbakar mulutnya dengan api sehingga padam. Kemudian Rasul meneruskan perjalanannya sehingga sampai kepada sekelompok kaum yang didapatinya sedang bertanam dan panen seketika itu, begitu keadaannya seterusnya, Rasul bertanya:
“Wahai Jibril siapakah orang ini?”,
Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang jihad di jalan Allah dilipatkan pahala kebaikannya bagi mereka sampai tujuh ratus lipat, dan segala sesuatu yang mereka infakkan, Allah menggantinya".
Kemudian Rasul mendapati wewangian yang semerbak, maka beliau bertanya: “Wahai Jibril wangi apakah ini?”, Jibril menjawab: “Inilah harumnya Siti Mashitoh dan anak-anaknya”.
Siti Masithoh adalah seorang wanita yang mempertahankan keyakinannya terhadap Allah, ia adalah seorang wanita penyisir keluarga Firaun, yang ditugaskan merawat anaknya yang kebetulan anak Firaun ini mempunyai penyakit kulit yang tdak tersembuhkan walaupun ayahnya adalah seorang Tuhan dalam pengakuannya tapi ia tidak bisa menyembuhkannya. Ketika itu Siti Masithoh sedang menyisir anak perempuan Firaun tersebut, tatkala sisirnya jatuh, kemudian Masithoh mengambilnya dan secara reflek lisannya berkata: “Dengan nama Allah semoga hancur Firaun” dengan terheran anak Firaun ini bertanya: “Hai Masithoh siapa Allah itu?”,
Secara sepontan Masithoh menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Kata anak Firaun: “Apakah kamu punya Tuhan selain bapaku?”
Jawab Masithoh: “ Tentu”
Kata anak Firaun : “Aku akan melaporkannya pada bapaku”
Jawab Masithoh: “Silahkan!”.
Akhirnya disampaikannya cerita ini kepada Firaun, maka Firaun memanggilnya dan dengan garang Firaun bertanya pada Masithoh.
Kata Firaun: “Wahai Masithoh benarkah kamu punya Tuhan selain Aku?”
Jawab Masithoh: “Benar, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Firaun sangat geram mendengar jawaban Masithoh, sementara Masithoh adalah seorang istri dari seorang suami dan mempunyai dua orang anak, maka dipanggilnya mereka dan dipaksa supaya mengakui Tuhan pada dirinya, namun keteguhan keyakinan keluarga Masithoh sangatlah kokoh tidak tergoyahkan oleh ancaman apapun yang dilontarkan Firaun, sehingga Firaun tidak sanggup menahan amarahnya dan meledaklah kemarahannya sampai memuncak dan mengancam Masitoh dan keluarganya agar dibunuh, direndam di air panas yang mendidih.
Kata Firaun: “Wahai Masithoh Sesungguhnya aku akan membunuh kalian semua”
Timpal Masithoh: “Itu lebih baik bagi kami jika kau membunuh dan menguburkan kami dalam satu lubang daripada mengaku Tuhan padamu”
Geram Firaun: “Itu bagi kamu, dan itu lebih baik karena memalingkanku dari hak”
Kemudian Firaun memerintahkan pasukannya agar menyediakan wajan tembaga besar yang diisi air di atas tungku besar yang dipanaskan, kemudian memerintahkan agar Siti Masitoh berikut keluarganya dilemparkan ke dalam wajan tersebut jika berisi keras mempertahankan keyakinannya. Setelah perdebatan keras antara Siti Masithoh dan Firaun, maka dilemparkannya satu-persatu, mulai dari suaminya kemudian anak sulungnya dan kemudian anak bungsunya yang masih disusuinya, begitu bayi berusia tujuh bulan ini akan dilemparkan, Masitoh menjerit sambil merangkak dan berseru: “Firaun ….!!! Tunggu ….!!!”.
Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa bayi Masitoh ini masih berusia tujuh bulan, ketika diambil oleh Firaun untuk dilemparkan, rasa iba pada diri Masitoh timbul dan hampir-hampir menuruti keinginan Firaun sehingga ia merangkak meminta anaknya kembali, namun ketika itu si bayi ini bicara: “Ya Ummah, Wahai ibuku ! ceburkanlah dirimu ! jangan ragu-ragu Sesungguhnya engkau ada dalam Hak dan dalam agama yang benar. Menjaga agamamu lebih utama daripada menjaga dirimu dan anak-anakmu”.
Begitu Masitoh mendengar perkataan bayinya ini, seketika tercium harumnya Sorga, maka saat itu pulalah Masitoh merebut anaknya dari genggaman Firaun dan langsung melompat ke dalam kancah beserta keluarganya.
Demikianlah kisah Masitoh seorang perempuan yang mempertahankan keyakinan dan keimanannya, dari perjuangannya inilah tecium harum yang semerbak sebagai pahala dari Allah dan dijumpai Rasul ketika perjalanan Isra ini.
Dalam suatu riwayat bahwa anak yang berbicara dikala bayi ada 4, sebagian menambahkan ada 11 dan sebagian lagi menambahkan ada 13 bayi. (ceritanya bisa dibaca pada buku 13 Bayi Bicara).
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya, dan sampailah pada sekelompok kaum yang sedang dipukuli kepalanya dengan batu sehinga pecah dan tak henti-hentinya menjerit-jerit, setelah pecah kembali lagi seperti semula kemudian dipukuli lagi demikian seterusnya, karena sangat menakutkan.
Rasul bertanya: “Wahai Jibril siapakah mereka?”
Jawab Jibril: “Wahai baginda mereka ummatmu yang kepalanya berat untuk melaksanakan sujud kepada Allah, mereka meninggalkan shalat-shalat fardu”.
Selanjutnya Rasul melihat orang-orang yang dibelenggu dari depan dan dibelakangnya, mereka digiring seperti onta dan sapi disuapi kayu Dlori’ dan Zaqum (sejenis kayu berduri dan pahit) juga bara Jahannam dan bebatuannya, begitu mereka memakannya terdengar jeritan kesakitan.
Tanya Rasul: “Wahai Jibril siapa mereka?”
Jawab Jibril: “Mereka adalah orang-orang sewaktu di dunianya tidak pernah mengeluarkan zakat hartanya, Allah tidak mendzalim mereka sedikitpun”.
Kemudian sampai pada suatu kaom yang diberi dua hidangan di depannya, yang satu diisi dengan daging segar yang gurih, dan satunya lagi daging busuk dan bau, mereka mengharapkan memakan daging segar, akan tetapi malah memakan daging busuk.
Rasul bertanya : “Wahai Jibril,apa ini?”,
Sahut Jibril: “Lelaki ini adalah dari ummatmu, ia mempunyai istri yang halal sementara ia tidur dengan wanita lain yang tidak halal baginya. Dan itu seorang perempuan, ia mempunyai suami yang halal sementara ia tidur bersama lelaki lain.”
Kemudian Rasul melihat sebatang kayu dipinggir jalan tidak ada seorangpun yang bisa melewatinya, kecuali terkoyak dan sobek oleh kayu itu.
Tanya Rasul: “Coba terangkan wahai Jibril, gambaran apakah ini?”.
Kemudian Jibril pun menerangkan:
“Ini adalah perumpamaan orang-orang dari umatmu yang suka duduk di jalan dan menghalangi orang yang lewat, serta memalingkan tujuan baik orang yang lewat tersebut”
kemudian Jibril membaca ayat:
وَلَا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Dan jangan kalian duduk ditiap-tiap jalan menghalangi dan menakut-nakuti orang yang beriman dan membelokkan mereka dari jalan Allah.
(Al-A'rof 86)
Kemudian Rasul melihat orang yang berenang-renang di sungai darah sambil dilempari batu nereka.
“Siapakah orang ini wahai Jibril?” Tanya Rosul
“Dia umpama orang yang suka memakan riba” jawab Jibril.
Selanjutnya Rasul melihat orang yang sedang mengumpulkan kayu bakar dan hendak dibawanya, akan tetapi ia tidak mampu membawanya sudah jelas demikian malah ditambahnya kembali.
“orang ini siapa wahai Jibril?” Rasul bertanya
Jawab Jibril: “Ia adalah seseorang dari umatmu yang memikul amanat manusia dan ia tidak mampu melaksanakannya, akan tetapi ia meminta kembali”.
Dalam perjalanan isra ini kemudian Rasul melihat sekelompok orang yang digunting lidah dan bibir-bibirnya dengan gunting besi neraka, setiap kali digunting mereka menjerit, dan kembali secara sedia kala dan demikian seterusnya. Rasul pun bertanya:
“Wahai Jibril siapa mereka?”.
Kata Jibril: “Mereka adalah penyebar fitnah mereka berhotbah sementara mereka sendiri yang tidak melakukannya”.
Kemudian melewati suatu kaom yang berkuku tembaga, mereka mencakar muka dan dadanya sendiri, setiap mereka mencakar terdengar jeritan dan tangisan mereka.
Rasul bertanya: “Wahai Jibril mereka itu siapa?”
Kata Jibril: “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging-daging manusia, yaitu orang-orang yang suka menceritakan keaiban saudaranya (gibbah)”.
Kemudian melihat suatu lubang kecil dan keluar darinya sapi besar, dan sapi ini memaksakan diri ingin masuk kembali kedalam lubang tersebut akan tetapi ia tidak mampu, lalu Rasul bertanya:
"Wahai Jibril , lelaki semacam apa lagi orang ini?"
"ia adalah dari umatmu yang pernah berkata dengan perkataan yang berakibat besar dan ia merasa menyesal dengan perkataannya itu, akan tetapi ia tidak bisa meluruskan kesalahan perkataannya itu". Jawab Jibril.
Selanjutnya ketika Rasul melanjutkan perjalanan-nya, tak tahunya ada yang memangil-mangil dari sebelah kanan ingin dilihat oleh Rasul, katanya: "Wahai Muhammad lihatlah aku ! aku minta lihatlah!" . Tapi Rasul tidak menghiraukannya, malah balik bertanya kepada malaikat Jibril,
"Wahai Jibril siapa orang ini?" Jibril menjawab:
"Dia itu Yahudi, seandainya Tuan memenuhi keinginannya tentu jadi yahudilah umat Tuan".
Kemudian ada lagi yang memanggil dari sebelah kiri, katanya: "Wahai Muhammad lihatlah akuu..!, aku mohooon!!" namun Rasul tidak menolehnya.
Rasul : "Siapa orang ini wahai Jibril?"
Jibril :"Dia adalah pengajak nasrani, apabila tuan menjawabnya, tentu umat tuan jadi nasrani."
Kemudian berhadapan dengan wanita yang penuh dengan perhiasan sampai kedua sikutnya, ia memanggil-manggil: "Wahai Muhammad aku mohon lihatlah aku!". Namun Rasul tidak menolehnya dan tidak memberikan isyarat sedikitpun baik dengan kepala, mata, dan juga hatinya.
Rasul :"Siapa dia?"
Jibril :"Dia adalah dunia, jika tuan melihatnya tentu umat tuan akan memilihnya dari pada akhirat."
Selanjutnya ada kakek-kakek yang sudah bongkok di pinggir jalan memanggil-manggil, katanya: "Haaii Muhammad mampirlah kesini!!.Sepontan malaikat Jibril memacu buroknya dengan cepat. Kemudian Rasul bertanya.
Rasul :"Siapa dia Jibril?"
Jibril :"Dia adalah musuh Allah, dia iblis, ia mengharapkan tuan menolehnya."
Kemudian ada nenek-nenek jompo berjalan dengan tertatih-tatih, meratap, meminta dan memanggil dari pinggir jalan. Seraya berkata :"Wahai Muhammad kumohon lihatlah aku ". Rasulpun tidak menolehnya.
Rasul : "Wahai Jibril siapa lagi ini ?"
Jibril : "Sesungguhnya ia adalah gambaran umur dunia, tidak tersisa umurnya yang tuan lihat, kecuali seusia nenek-nenek ini, dan sesungguhnya sudah dekat hilangnya dunia, dan sesungnya tuan adalah penutup dari semua para nabi."
Setelah melewati beberapa kejadian yang Rasul jumpai, akhirnya sampailah di kota Baitul maqdis dari arah Yamani. Kemudian Beliau turun dari Buroq dan mengikat talinya pada tiang pintu masjid, sebagaimana para Nabi terdahulu mengikatkan tunggangannya disana. Dalam satu riwayat, bahwa Jibril mencari batu dan melubangi dengan tangannya kemudian mengikatkan burok pada batu itu, dan kemudian Rasul memasuki mesjid beserta Jibril dan Mikail dari pintu depan, kemudian masing-masing shalat dua roka'at di dalamnya, tidak seberapa lama berkumpullah manusia dan mereka pun sembahyang dua roka'at. Tak lama kemudian Muadzin mengumandangkan Adzan dan diteruskan dengan Iqomat, maka orang-orang pun berbaris sambil menunggu siapa yang akan mengimami mereka. Kemudian Jibril mengambil tangan Rasul agar mengimami semua yang hadir itu, maka semuanya berjamaah sembahyang bersama Rasul.
Dari kisah yang diriwayatkan Ka'ab al-Akhbar, bahwa Jibril mengundang semua para malaikat agar turun dari langit dan berkumpul bersama para Nabi dan para Rasul untuk berjama'ah sembahyang bersama Rasulullah s.a.w.
Setelah selesai shalat kemudian Jibril berkata: "Ya Muhammad, wahai tuan tahukah siapa mereka yang shalat di belakang tuan?". "Tidak" jawab Rasulullah s.a.w. jawab Jibril: "Mereka adalah para Nabi yang diutus Allah".
Kemudian para Nabi pun memuji kepada Tuhannya dengan pujian yang sangat indah, maka Rasulullah s.a.w. bergumam : "Masing-masing memuji Allah Tuhannya dan akupun akan memujiNya" kemudian Rasulullah s.a.w. memuji Allah dengan pujiannya:
الحَمْدُللهِ الَّذِيْ اَرْسَلَنِيْ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَكَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَأَنْزَلَ عَلَيَّ الْقُرْآَنَ فِيْهِ تِبْيَانٌ لِكُلِّ شَيِْئٍ وَجَعَلَ أُمَّتِيْ خَيْرَ أُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ وَجَعَلَ أُمَّتِيْ وَسَطًا وَجَعَلَ أًُمَّتِيْ هُمُ الْاَوَّلُوْنَ وَالآَخِرُوْنَ وَشَرَحَ لِيْ صَدْرِيْ وَوَضَعَ عَنِّى وِزْرِىْ وَرَفَعَ لِى ذِكْرِى وَجَعَلَنِى فَاتِحًا وَخَاتِمًا
Segala puji bagi Allah Yang Telah Mengutus Aku sebagai Rahmat untuk sekalian alam. dan meliputi (membawahi) manusia sebagai pembawa berita bahagia dan pemberi peringatan, dan Allah telah menurunkan kepadaku al-Qur'an yang di dalamnya penjelasan bagi segala sesuatu, dan Ia (Allah) Yang telah menjadikan ummatku sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan bagi manusia, Dia (Allah) Yang telah menjadilan umatku sebagai umat yang menjadi pelantara, Dia (Allah) Yang telah menjadikan umatku umat yang terawal dan yang terakhir, Dia (Allah) Yang telah melapangkan dadaku, Yang telah melepaskan kehilapanku, Yang telah mengangkat sebutanku dan Dia (allah) Yang telah menjadikanku pembuka dan penutup segala Nabi.
Dengan pujian Rasulullah s.a.w. ini maka Nabi Ibrahim s.a.w. berkata: "Dengan inilah Muhammad telah mengungguli kalian semua.
Ketika itu Rasulullah merasakan dahaga yang sangat, lalu Jibrilpun memberikan dua lumur yang masing-masing diisi dengan arak dan air susu kemudian Nabi memilih air susu, maka kata Jibril: "Tuan telah memilih Fithrah (kesucian), apabila Tuan meminum arak niscaya umatmu akan membangkang dan tidak mengikutimu terkecuali sedikit". Dalam suatu riwayat bahwa yang diberikan kepada Nabi itu ada tiga lumur yang ketiganya adalah air dan kata Jibril "apabila Tuan meminum air tentu umatmu akan ditenggelamkan". Dalam riwayat lain yang ketiga ini adalah madu pengganti air.
Setelah meminum susu lalu Rasul melihat para bidadari dari sebelah pinggir batu kemudian Rasul memberi salam dan bertanya kepada mereka dan merekapun menjawabnya dengan lemah lembut dan penuh kebahagiaan.
Kemudian disediakannya tangga yang disebut dengan Mi'raj yaitu tempat naiknya semua arwah keturunan Nabi Adam ke langit, adapun Nabi menaikinya adalah dengan jasad beserta ruhnya. Mi'raj merupakan tangga yang paling bagus tidak ada yang lebih bagus dari tangga ini, kaki-kaki tangganya dibuat dari emas dan perak yang dihiasi dengan permata dan mutiara yang diambil dari Sorga Firdaus, kemudian oleh Jibril disimpan di atas batu tadi dan ujungnya sampai pada ujung langit sehingga berada di atas langit paling atas. Kemudian Nabi menikinya beserta Jibril sementara dikanan dan kiri Nabi penuh dengan malaikat sampai ke pintu-pintu langit dunia yang disebut dengan pintu Hafadzah disana ada penjaga dari golongan malaikat yang bernama Isma'il, ia adalah penjaga pintu langit dunia tidak penah naik ke langit dan tidak pernah turun ke bumi selamanya kecuali pada hari wafatnya Nabi s.a.w., dihadapannya ada seribu malaikat, masing-masing malaikat mempunyi 70 ribu tentara malaikat.
Kemudian Jibril meminta izin padanya agar dibukakan pintu langit,
kata penjaga: "siapa ini?",
"Jibril" sahut Jibril,
"siapa bersamamu?" katanya.
Malaikat Jibril menjawab: "dengan Muhammad"
"apakah Ia Rasulullah?" katanya lagi
"benar" jawab Jibril.
Seketika itu terdengar sambutan dari dalam:
"bahagialah dengan Muhammad s.a.w. selamat datang semoga Allah mengagungkan dan memuliakannya serta memanjangkan umurnya sebagai sudara dan pengganti Allah dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya, sebaik-baiknya Khalifah dan sebaik-baiknya yang datang telah tiba".
Maka dibukakanlah pintu bagi mereka berdua, setelah di dalam ternyata yang menyahut tadi adalah Nabi Adam a.s. Beliau adalah bapaknya manusia persis berbadan seperti waktu pertama diciptakan Allah tidak berubah sedikitpun, yang mana tinggi badannya adalah 60 hasta dan lebarnya adalah 7 hasta, saat itu diperlihatkan kepada Nabi Adam ruh-ruh para Nabi dan keturunannya yang beriman. Berkata Nabi Adam: "Ruh yang suci dan jiwa yang bersih jadikanlah jiwa-jiwamu pada surga 'Iliyyin", kemudian diperlihatkan pula ruh dan keturunannya yang kafir, Nabi Adam berkata: "Ruh yang kotor dan jiwa yang murka jadikanlah jiwa-jiwamu dalam Neraka Sijjin", selanjutnya Nabi Adam melihat sekelompok manusia di sebelah kanannya dan terlihat ada pintu masuk yang keluar dari dalamnya wangi yang sangat harum, dan juga melihat sekelompok lagi dari sebelah kirinya dan juga ada pintu masuk yang keluar dari dalamnya angin yang bau menyayat. Apabila beliau melihat kesebelah kanan maka kelihatan beliau gembira dan tersenyum, tapi apabila melihat ke sebelah kiri beliau bersedih dan menangis.
Kemudian Rasulullah s.a.w. memberikan salam padanya dan Nabi Adam pun menjawab salam Rasul, kemudian berkata: "Salam bahagia bagi anak yang shaleh dan Nabi yang shaleh".
"Siapa beliau ya Jibril?" Tanya Rasul
"Beliau adalah abahMu Adam a.s." jawab Jibril.
"Siapakah mereka yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri ?"
"mereka adalah keturunan beliau, maka yang ada disebelah kanan, mereka adalah ahli surga sehingga nabi Adam bahagia dan tersenyum melihat mereka. Dan mereka yang di sebelah kiri adalah ahli neraka, nabi Adam menangis dan bersedih karenanya. Pintu yang di sebelah kanan adalah pintu surga, pintu di sebelah kiri adalah pintu neraka, demikianlah nabi Adam bahagia dan bersedih".
Kemudian Rasul melewatinya sejenak dan terlihat orang yang memakan riba, memakan harta yatim, orang yang zina, dan sebagainya dari orang-orang durhaka, semuanya dalam keadaan yang sangat menyedihkan sebagaimana tadi dikala isra diperlihatkan.
Kemudian naik ke langit kedua. Jibril meminta izin untuk dibukakan pintunya.
" Siapa ini ?" kata yang bertanya.
" Jibril!" Jawab Jibril.
" Siapa besertamu ?" Tanyanya lagi.
"Muhammad " Jawab Jibril.
" Apakah ia Rasul Allah ?"
" Benar ".Tegas Jibril.
Terdengarlah sambutan dari dalam :
"Bahagialah Muhammad s.a.w. selamat datang semoga Allah mengagungkan dan memuliakannya serta memanjangkan umurnya sebagai sudara dan pengganti Allah dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya, dialah sebaik-baiknya Khalifah dan sebaik-baiknya yang datang, ia telah tiba".
Setelah di dalam ternyata bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam beserta anak saudara ibunya Nabi Yahya bin Zakaria alaihimussalam, keduanya sedanag duduk di atas permadani dari yakut, beserta mereka para pengikutnya. Kemudian Rasul memberikan salam kepada mereka, dan merekapun menjawab sereta berkata: "Bahagialah saudara yang shalih dan Nabi yang shaleh" selanjutnya keduanya mendo'akan nya.
Kemudian naik lagi ke langit ke tiga, seperti semula Jibril meminta izin masuk beserta Rasul dan beliau bertemu dengan Nabi Yusuf a.s. dan pengikutnya setelah dipersilahkan olehnya. Nabi Yausuf adalah nabi yang memiliki setengah ketampanan dari ketampanan baginda Rasul. Sebagian riwayat meneyatakan bahwa ketampanan dibagi dua yang satu kepada baginda Rasul dan yang satunya lagi dibagi dua setengah untuk Nabi Yusuf dan setengahnya lagi dabagikan Allah kepada seluruh hambanya di muka bumi ini.
Kemudian naik lagi ke langit ke empat dan setelah dipersilahkan, beliau bertemu dengan Nabi Idris a.s..
Nabi Idris diangkat ke langit keempat saat masih beliau hidup di dunia seperti halanya Nabi Isa a.s. beliau berada beserta Malaikat yang mewakili matahari. Dalam riwayat lain beliau derada di dekat Malaikat Muqorobin.
Pada suatu saat malaikat pemikul matahari datang kepada Nabi Idris dan meminta dido'akan agar diringankan dalam membawa matahari, maka kemudian Nabi Idris mendo'akannya dan diijabahlah do'anya itu. Ketika beliau diangkat ke langit dengan idzin Allah s.w.t. beliau meminta kepada Allah agar dimasukkan ke sorga, maka ketika itu dikatakan bahwa tidak akan masuk ke dalam sorga kecuali orang yang telah merasakan kematian, kemudian iapun meminta agar dimatikan dan Allah mengabulkannya. Maka dengan dicabut ruhnya oleh Malaikat 'Azroil beliaupun merasakan kematian itu, dan setelahnya kemudian dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t. selanjutnya Nabi Idris meminta kepada Allah agar diperlihatkan kepada neraka, maka beliau pun bisa melihat kehidupan neraka yang begitu mengerikan, kemudian beliau meminta agar bisa melihat sorga dan bisa memasukinya. Ketika beliau sudah berada di dalam sorga, maka malaikat sorga berkata kepadanya sambil memerintah: "Wahai Idris silahkan kamu pulang sekarang!" kata Nabi Idris: "Aku tidak akan keluar dari sini, dikarenakan Aku sudah mati, aku sudah melihat neraka dan sudah memasuki sorga, mana ada orang yang telah masuk sorga seletah matinya bisa kelauar kembali darinya?, 'kan orang yang sudah masuk sorga ia tidak akan keluar lagi selamanya?". Maka Allah mengizinkan beliau untuk bermukim disana. Allah Maha Mengetahui lagi Maha perkasa.
Kemudian Rasul bersama Jibril memasuki langit ke lima seperti halnya yang lalu. Disana beliau bertemu dengan Nabi Harun a.s.
bersambung.......
Disarikan oleh: AHMAD ROZIE RIDWAN, S.Ag,S.Pd.I, Jelegong... Kab Bandung
Senin, 20 Desember 2010
Ayat 5
1. Surat Al-Baqoroh Ayat 246
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُواْ لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكاً نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُواْ قَالُواْ وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْاْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
Apakah kamu tidak
memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, Yaitu ketika mereka
berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk Kami seorang raja
supaya Kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka
menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang". mereka menjawab: "Mengapa Kami tidak mau berperang
di jalan Allah, Padahal Sesungguhnya Kami telah diusir dari anak-anak
kami?"[155]. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui
siapa orang-orang yang zalim.
2. Surat Ali Imran Ayat 181
لَّقَدْ سَمِعَ اللّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء سَنَكْتُبُ مَا قَالُواْ وَقَتْلَهُمُ الأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ
Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya
Allah miskin dan Kami kaya". Kami akan mencatat Perkataan mereka itu dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan
mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar".
3. Surat An-Nisa Ayat 77
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang),
dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada
mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut
kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari
itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun
4. Surat Al-Maidah ayat 27
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti
membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
5. Surat Ar-Ra'd Ayat 16
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاء لاَ يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُواْ لِلّهِ شُرَكَاء خَلَقُواْ كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Kamis, 16 Desember 2010
Sholawat Mudloriyah
Sholawat Mudloriyah
Hei
para wargi sadaya dawamkeun ieu sholawat
Jimat urang sadayana wasiat ti maha guru
Mama eyang Buya Elon Buya Iping di Cibabat
Mama Thoha Buya Yahya Pesantren Darussururu
Fadilah ieu sholawat jalma anu maca
Teu kaliwat ti kawitan dugi kanu pang-akhiru
Lafazdna anu fasehat tartil henteu gesat gesut
Perlente di barengan ku ati anu hadiru
Boga rasa dipayunan ku Jeng Rosul anu agung
Dibarengan ku cimata nyurucud rasa terharu
Sakabehna kaayaan eta jadi bingbilangan
Kahadean anu maca kana sholawat mudhoru
Bumi langit saeusina aras kursi sapinuhna
Uteuk tongo walang taga bilangan luar laeru
Insya Alloh dihampura dosa nu leutik nu gede
Jauh tina panca bahya dunya sinareng akhiru
Ulah hilap kanu ngarang jenengan Imam Bushiri
Hadiahan ulah petot jadi tawisan syukuru
Bismillah jadi kawitan Hamdalah jadi wekasan
Syukur kanu Maha Agung mangga aos ngiring guru
Jimat urang sadayana wasiat ti maha guru
Mama eyang Buya Elon Buya Iping di Cibabat
Mama Thoha Buya Yahya Pesantren Darussururu
Fadilah ieu sholawat jalma anu maca
Teu kaliwat ti kawitan dugi kanu pang-akhiru
Lafazdna anu fasehat tartil henteu gesat gesut
Perlente di barengan ku ati anu hadiru
Boga rasa dipayunan ku Jeng Rosul anu agung
Dibarengan ku cimata nyurucud rasa terharu
Sakabehna kaayaan eta jadi bingbilangan
Kahadean anu maca kana sholawat mudhoru
Bumi langit saeusina aras kursi sapinuhna
Uteuk tongo walang taga bilangan luar laeru
Insya Alloh dihampura dosa nu leutik nu gede
Jauh tina panca bahya dunya sinareng akhiru
Ulah hilap kanu ngarang jenengan Imam Bushiri
Hadiahan ulah petot jadi tawisan syukuru
Bismillah jadi kawitan Hamdalah jadi wekasan
Syukur kanu Maha Agung mangga aos ngiring guru
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
ياَ رَبِّ صَلِّ عَلى الْمُخْتاَرِ مِنْ
مُضَرٍ وَاْلأَنْبِيَآ وَجَمِيْعِ الرُّسْلِ مَا ذُكِرُوْا
وَصَلِّ رَبِّ عَلى الْهَادِىْ وَشِيْعَتِه وَصَحْبِهِ مَنْ لِطَيِّ الدِّيْنِ قَدْ
نَشَرُوْا
وَجَاهَدُوْا مَعَهُ فِى اللهِ وَاجْتَهَدُوْا وَهَاجَرُوْا
وَلَهُ آوَوْا وَ قَدْ نَصَرُوْا
وَبَيَّنُوْا الْفَرْضَ وَالْمَسْنُوْنَ
وَاخْتَصَمُوْا ِللهِ
وَاعْتَصَمُوْا بِاللهِ وَانْتَصَرُوْا
أَزْكَى صَلاَةٍ وَأَنْمَاهَا وَأَشْرَفَهَا يُعَطِّرُ
الْكَوْنُ مِنْهَا نَشْرَهَا الْعَطَرُ
مَعْبُوْقَةً بِعُبُوْقِ الْمِسْكِ ذَاكِيَةً مِنْ
طَيِّهَا أَرَجُ الرِّضْوَانِ يَنْتَشِرُ
عَدَّ الْحَصَى وَالثَّرَى وَالرَّمْلِ
يَتْبَعُهَا نَجْمُ السَّمَاءْ وَنَبَاتُ اْلأَرْضِ
وَالْمَدَرُ
وَعَدَّ وَزْنِ مَثَاقِيْلِ الْجِبَالِ كَمَا
يَلِيْهِ قَطْرُ جَمِيْعِ الْمَاءِ وَالْمَطَرُ
وَعَدَّ مَا حَوَتِ اْلأَشْجَارُ مِنْ وَرَقٍ وَكُلِّ
حَرْفٍ غَدًا يُتْلَى وَيُسْتَطَرُ
وَالْوَحْشِ وَالطَّيْرِ وَاْلأَسْمَاكِ مَعْ
نَعَمٍ يَلِيْهِمُ الْجِنُّ وَاْلأَمْلاَكُ
وَالْبَشَرُ
وَالذَّرُّ وَالنَّمْلُ مَعْ جَمْعِ الْحُبُوْبِ
كَذَا وَالشَّعْرُ وَالصُّوْفُ وَاْلأَرْيَاشُ
وَالْوَبَرُ
وَمَا أَحَاطَ بِهِ الْعِلْمُ الْمُحِيْطُ
وَمَا جَرَى بِهِ الْقَلَمُ الْمَأْمُوْرُ
وَالْقَدَرُ
وَعَدَّ نَعْمَائِكَ اللاَّتِيْ مَنَنْتَ
بِهَا عَلى الْخَلاَئِقِ مُذْ كَانُوْا وَمُذْ
حُشِرُوْا
وَعَدَّ مِقْدَارِهِ السَّامِى الَّذِىْ
شُرِّفَتْ بِهِ النَّبِيُّوْنَ وَاْلأَمْلاَكُ
وَافْتَخَرُوْا
وَعَدَّ مَا كَانَ فِى اْلأَكْوَانِ
يَاسَنَدِىْ وَمَا يَكُوْنُ اِلَى أَنْ تُبْعَثَ الصُّوَرُ
فِيْ كُلِّ طَرْفَةِ عَيْنٍ يَطْرِفُوْنَ
بِهَا أَهْلُ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِيْنَ أَوْ
يَذَرُوْا
مِلْءَ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِيْنَ مَعْ
جَبَلٍ وَالْفَرْشِ
وَالْعَرْشِ وَالْكُرْسِىْ وَمَاحَصَرُوْا
مَا أَعْدَمَ اللهُ مَوْجُوْدًا وَ أَوْجَدَ
مَعْـــــــــــــــــــــــدُوْمًا صَلاَةً دَوَامًا لَيْسَ تَنْحَصِرُ
تَسْتَغْرِقُ الْعَدَّ مَعْ جَمْعِ
الدُّهُوْرِ كَمَا تُحِيْطُ بِالْحَدِّ لاَ تُبْقِىْ وَلاَ
تَذَرُ
لاَ غَايَةً وَانْتِهَاءً ياَ عَظِيْمُ لَهَا وَلاَ لَهَا أَمَدٌ يُقْضَى فَيُعْتَبَرُ
وَعَدَّ أَضْعَافِ مَا قَدْ مَرَّ مِنْ عَدَدٍ مَعْ
ضِعْفِ أَضْعَافِهِ يَا مَنْ لَهُ الْقَدَرُ
كَمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى سَيِّدِىْ وَكَمَا أَمَرْتَنَا أَنْ نُصَلِّى أَنْتَ
مُقْتَدِرُ
مَعَ السَّلاَمِ كَمَا قَدْ مَرَّ مِنْ عَدَدٍ
رَبِّ
وَضَاعِفْهُمَا وَالْفَضْلُ مُنْتَشِرُ
وَكُلُّ ذَلِكَ مَضْرُوْبٌ بِحَقِّكَ فِيْ أَنْفَاسِ خَلْقِكَ إِنْ قَلُّوْا وَإِنْ
كَثُرُوْا
وِزِدْ نَبِيَّكَ مَعْ مَاشَاعَ مُشْتَهِرٍ بَحْرًا
مِنَ الْبَرَكَاتِ انْ هَلَّ يَنْهَمِرُ
يَارَبِّ وَاغْفِرْ لِقَارِيْهَا وَسَامِعِهَا وَالْمُسْلِمِيْنَ
جَمِيْعًا أَيْنَمَا حَضَرُوْا
يَارَبِّ أَعْظِمْ لَنَا أَجْرًا وَمَغْفِرَةً
فَإِنَّ
جُوْدَكَ بَحْرٌ لَيْسَ يَنْحَصِرُ
وَوَالِدِيْنَا وَأَهْلِيْنَا وَجِيْرَتِنَا وَكُلُّنَا سَيِّدِىْ لِلْعَفْوِ يَفْتَقِرُّ
وَالْطُفْ بِنَا رَبَّنَا فِيْ كُلِّ
نَازِلَةٍ لُطْفًا
عَمِيْمًا بِهِ اْلأَهْوَالُ تَنْحَسِرُ 3 ×
بِالْمُصْطَفَى الْمُجْتَبَى خَيْرِ
اْلأَنَامِ وَمِنْ جَلاَلَةٍ نُزِلَتْ فِيْ مَدْحِهِ السُّوَرُ
صَلَّى وَسَلَّمَ رَبِّيْ دَائِمًا أَبَدًا عَلَيْهِ أَضْعَافَ مَا قَدْ مَرَّ يَنْتَشِرُ
وَاْلأَلِ وَالصَّحْبِ وَاْلأَتْبَاعِ
قَاطِبَةً وَاخْتِمْ بِخَيْرٍ لَنَا إِذْ يَنْتَهِى
الْعُمُرُ
مُحَمَّدٌ
بَشَرٌ لاَ كَالْبَشَرِ ! بَلْ هُـوَ يَاقُوْتٌ بَيْنَ الْحَجَرِ
Kangjeng Nabi Muhammad teu cara urang
cara Inten di antara batu karang
يَارَبِّى
هَيِّئْ لَناَ مِنْ أَمْرِناَ رَشَدَا ! فَاجْعَلْ مَعُوْ نَتَكَ الْحُسْنَى لَناَ
مَـدَدَا
Hei Gamparan mugi abdi gampilkeun kana pituduh
saréng pitulung gamparan nu sae abdi sing nyampak
وَلاَ
تَكِلْناَ اِلى تَدْبِيْرِأَنْفُسِـناَ ! وَالنَّفْسُ تَعْجِزُ عَنْ إِصْلاَحِ مَافَسَدَا
Gamparan ulah neumleuhkeun ka abdi nguruskeun diri
abdi teh henteu tiasa ngomean diri nu ruksak
أَنْتَ
الْعَلِيْمُ وَقَدْوَجَّهْتُ مِنْ أََمَلِيْ
! اِلَى رَجَائِكَ
وَجْهًاسَائِلاً وَيَدًا
Ku Gamparan ka uninga abdi gaduh angén – angén
pangharépan ka Gamparan nyuhunkeun pitulung nu hak
وَلِلرَّجَاءِ
ثَوَ ابٌ أ َنْتَ تَعْلَمُهَا ! فَاجْعَلْ ثَوَ ابِيْ
دَوَامَ السِّتْرِ لِيْ أَبَدَا
Ganjaran panuhun abdi ku gamparan ka uninga
mugi – mugi salamina cumponan ulah ditolak
Senin, 13 Desember 2010
Link Download
Bahan Bacaan....
Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid1
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid2
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid3
Riyadhus-Shalihin
Mp3 sunda
Al-Munawwir-Birosulillah.mp3
Al-Munnawir3-AlamKubur.mp3
Al-Munawwir-KhasiatKabodoan.mp3
Al-Munnawir3-TAMBANGPangeuradPangeran.mp3
Al-Munnawir3-UnjukanTinaKapastian.mp3
Al-Munawwir-MahaSuciDzatGusti.mp3
Ntar dilanjut lagi....
Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid1
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid2
IbnuHajarAlAtsqalani-FathulBaari jilid3
Riyadhus-Shalihin
Mp3 sunda
Al-Munawwir-Birosulillah.mp3
Al-Munnawir3-AlamKubur.mp3
Al-Munawwir-KhasiatKabodoan.mp3
Al-Munnawir3-TAMBANGPangeuradPangeran.mp3
Al-Munnawir3-UnjukanTinaKapastian.mp3
Al-Munawwir-MahaSuciDzatGusti.mp3
Ntar dilanjut lagi....
Senin, 06 Desember 2010
Wasiat Pertama
بِسْمِ ٱللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bagimu wahai saudaraku ! hendaknya memperkuat dan mengoreksi keyakinanmu, perbaikilah keyakinanmu! Karena sesungguhnya keyakinan apabila telah singgah dan menetap pada dada seseorang dan menguasai dirinya, maka hal gaib seakan dipelupuk matanya. Ketika itu orang yang berkeyakinan berkata sebagaimana perkataannya al-Imam ‘Ali r.a.: “Apabila dibukakan tirei penutup rahasia maka tidak akan bertambah keyakinanku”. (yakni bertambahnya keyakinan itu dikarenakan tidak dibukakannya rahasia gaib, karena dunia adalah tempat ujian).
Keyakinan adalah suatu ibarat daripada kuatnya keimanan yang menancap di dada seseorang sehingga bagaikan gunung batu yang kokoh tidak tergoyahkan oleh keragu-raguan dan prasangka yang bukan-bukan sehingga tidak ada satu keraguan dan prasangka pun yang menopang dirinya. Apabila yang meragukan itu datang dari luar maka telinganya tidak mau mendengarnya dan hatinya tidak cenderung kepadanya malah syetan pun tidak mau mendekat kepada orang yang mempunyai keyakinan ini dan malah menjauhinya mencari keselamatan darinya, sebagaimana sabda Rasul s.a.w. ketika memuji sahabatnya sayyidina Umar bin Khattab r.a.:
اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَفْرُقُ مِنْ ظِلِّ عُمَرَ وَمَاسَلَكَ عُمَرُ فَجًّااِلاَّسَلَكَ الشَّيْطَانُ فَجًّاآَخَرَ
Sesungguhnya syaitan menjauh dari bayang-bayang Umar, apabila Umar berjalan di suatu jalan maka syaitan berjalan pada jalan yang lainnya.
Al-Hadits
Dalam hadits Bukhori :
عَنْ صَالِحٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِٱلحَمِيدِ بْنِ عَبْدِٱلرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَلَـٰى رَسُولِ ٱللهِ وَعِنْدَهُ نِسْوَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُكَلِّمْنَهُ وَيَسْتَكْثِرْنَهُ عَالِيَةً أَصْوَاتُهُنَّ عَلَـٰى صَوْتِهِ فَلَمَّا اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قُمْنَ فَبَادَرْنَ ٱلْحِجَابَ فَأَذِنَ لَهُ رَسُولُ ٱللهِ فَدَخَلَ عُمَرُ وَرَسُولُ ٱللهِ يَضْحَكُ فَقَالَ عُمَرُ أَضْحَكَ ٱللهُ سِنَّكَ يَا رَسُولَ ٱللهِ فَقَالَ النَّبِيُّ عَجِبْتُ مِنْ هَؤُلَاءِ ٱللَّاتِي كُنَّ عِنْدِي فَلَمَّا سَمِعْنَ صَوْتَكَ ابْتَدَرْنَ الْحِجَابَ فَقَالَ عُمَرُ فَأَنْتَ أَحَقُّ أَنْ يَهَبْنَ يَا رَسُولَ ٱللهِ ثُمَّ قَالَ عُمَرُ يَا عَدُوَّاتِ أَنْفُسِهِنَّ أَتَهَبْنَنِي وَلَا تَهَبْنَ رَسُولَ ٱللهِ فَقُلْنَ نَعَمْ أَنْتَ أَفَظُّ وَأَغْلَظُ مِنْ رَسُولِ ٱللهِ فَقَالَ رَسُولُ ٱللهِ إِيهًا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ *
رواه البخارى
Diterima hadits dari Sholih dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid dari Abdurrohman bin Zaid dari Muhammad bin Sa'd bin Abi Waqash dari bapaknya, beliau berkata: "Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. dan di dekat Rasul banyak wanita-wanita Quraisy sedang berbicara dengan Rasulullah s.a.w. sementara mereka ribut dan pembicaraannya melebihi suara Rasulullah s.a.w. ketika Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. para wanita itu cepat-cepat menutupkan hijabnya, dan Umar pun masuk, ketika itu terlihat Rasul tersenyum, dan Umar berkata: "Semoga Allah membahagiakan dan memanjangkan umur Tuan, wahai Rasulallah", maka Rasul bersabda: "Aku kaget dari wanita-wanita di dekatku itu, ketika mereka mendengar suaramu, mereka tergesa-gesa menutupkan hijabnya", kata Umar: "Engkaulah yang paling berhak mereka takutkan wahai Rasulallah", kemudian Umar meneruskan perkataannya: "Wahai musuh-musuh jiwa wanita!, kenapa kalian takut kepadaku tidak takut kepada Rasulullah s.a.w.?" mereka berkata: "banar, engkau lebih keras dan lebih tebal daripada Rasulullah s.a.w.". maka Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ih, begini wahai Ibnal Khathab, demi dzat yang diriku ada di tangan kekuasaanNya, syaithan tidak akan menemuimu pada jalanmu sama sekali kecuali ia melalui selain jalanmu".
HR. Bukhori
Sebab-sebab yang menguatkan keyakinan
Keyakinan bisa kuat dan bagus dengan beberapa sebab:
Pertama: Yang menjadi asal dan pondasinya ialah meresapi dan meneliti ayat-ayat, hadits-hadits dan keterangan-keterangan shahabat yang menunjukan kepada keagungan Allah, kesempurnaan Allah, dan ketunggalan Allah dalam menciptakan semua makhluk, keesaan-Nya dalam megurus dan merajai serta memaksa segala makhluk-Nya. (dalam hal ini seseorang harus menguasai tauhid ketuhanan yang disebut dengan Aqidah Uluhiyyat). Kemudian meresapi dan meneliti ayat-ayat dan hadits-hadits serta keterangan-keterangan yang menunjukan kepada benarnya para Rasul Allah dan kesempurnaannya mereka melebihi makhluk Allah yang lainnya dan diberikannya kekuatan mu’jizat. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid kenabian yang disebut dengan Aqidah Nabawiyyat). Kemudian menela’ah dan meresapi keterangan ayat dan hadits yang menunjukan kepada urusan-urusan gaib seprti urusan pahala bagi orang saleh dan siksaan bagi orang durhaka. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid sam’iyat yang disebut dengan Aqidah sam’iyyat.). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan pirmanNya:

Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
(Al-Ankabut :51)
Kedua: Harus bisa melihat segala keadaaan di langit dan di bumi serta segala keajaiban dari semua ciptaan Allah s.w.t. dengan mata I’tibar (penglihatan batin). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan FirmanNya:

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar.
(Fushshilat: 53)
Ketiga: mengamalkan segala sesuatu yang ia imani, dzahir bathin sesuai dengan ketentuannya dan dawam melaksanakannya serta mengerahkan segala kemampuannya. Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarat dengan firmanNya:
Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Buah dari pada keyakinan:
1. Berpegang teguh kepada jangji Allah;
2. percaya penuh kepada tanggungan Allah;
3. menerima dan menghadap kepada hakikat mementingkan Allah;
4. meninggalkan segala sesuatu yang melupakan Allah;
5. mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah dan bertaubat dalam segala hal;
6. mengerahkan kemampuan demi mencapai keridlaan Allah.
Kesimpulan:
Yakin adalah pokok dan merupakan asal segala kebaikan, semua derajat mulia dan akhlak-akhlak terpuji adalah cabang dan buah daripada keyakinan tersebut, semuanya mengikuti kepada keyakinan, baik kuat, lemah ataupun sah dan tidaknya.
Sabda Lukman a.s. : “Tidak akan mampu amal kecuali dengan yakin dan seseorang tidak beramal kecuali seukuran keyakinannya, begitu pula tidak berkurang amal kecuali akibat dari berkurangnya keyakinan”. Oleh karena itu Rasulullah s.a.w. bersabda:
ٱَلْيَقِيْنُ ٱَلإِمَانُ كُلُّهُ (رواه البخارى
Yakin adalah iman sepenuhnya.
HR. Bukhori
Derajat Ahli Iman Dalam Keyakinannya
1. Derajat Ashabul Yamin; yaitu membenarkan yang pasti dengan sepenuh hati serta mungkin datang keragu-raguan padanya dan tergoyahkan apabila datang apa yang mengajak kepada keraguan itu. Ini disebut dengan Iman.
2. Derajat muqorrobin; yaitu memenuhi hatinya dengan keimanan dan menetapkannya sehingga tidak ada tempat dalam hatinya bagi yang menghilangkan atau mengurangi keimanan tersebut. Dalam derajat ini urusan gaib seakan-akan terlihat dengan mata telanjangnya. Dan ini sisebut Yakin.
3. Derajat Nabiyyin was Siddiqin; yaitu menjadikan urusan gaib menjadi terlihat seperti bisa melihat lauh mahfud dengan mata hatinya. Dan ini disebut Kasysyaf wal ‘ayyan.
Diantara masing-masing derajat mempunyai kelebihan dan sebagiannya lebih unggul daripada yang lainnya, demikianlah Allah mengunggulkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Disarikan oleh: AHMAD ROZIE RIDWAN, S.Ag,S.Pd.I, Jelegong... Kab Bandung
Bagimu wahai saudaraku ! hendaknya memperkuat dan mengoreksi keyakinanmu, perbaikilah keyakinanmu! Karena sesungguhnya keyakinan apabila telah singgah dan menetap pada dada seseorang dan menguasai dirinya, maka hal gaib seakan dipelupuk matanya. Ketika itu orang yang berkeyakinan berkata sebagaimana perkataannya al-Imam ‘Ali r.a.: “Apabila dibukakan tirei penutup rahasia maka tidak akan bertambah keyakinanku”. (yakni bertambahnya keyakinan itu dikarenakan tidak dibukakannya rahasia gaib, karena dunia adalah tempat ujian).
Keyakinan adalah suatu ibarat daripada kuatnya keimanan yang menancap di dada seseorang sehingga bagaikan gunung batu yang kokoh tidak tergoyahkan oleh keragu-raguan dan prasangka yang bukan-bukan sehingga tidak ada satu keraguan dan prasangka pun yang menopang dirinya. Apabila yang meragukan itu datang dari luar maka telinganya tidak mau mendengarnya dan hatinya tidak cenderung kepadanya malah syetan pun tidak mau mendekat kepada orang yang mempunyai keyakinan ini dan malah menjauhinya mencari keselamatan darinya, sebagaimana sabda Rasul s.a.w. ketika memuji sahabatnya sayyidina Umar bin Khattab r.a.:
اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَفْرُقُ مِنْ ظِلِّ عُمَرَ وَمَاسَلَكَ عُمَرُ فَجًّااِلاَّسَلَكَ الشَّيْطَانُ فَجًّاآَخَرَ
Sesungguhnya syaitan menjauh dari bayang-bayang Umar, apabila Umar berjalan di suatu jalan maka syaitan berjalan pada jalan yang lainnya.
Al-Hadits
Dalam hadits Bukhori :
عَنْ صَالِحٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِٱلحَمِيدِ بْنِ عَبْدِٱلرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَلَـٰى رَسُولِ ٱللهِ وَعِنْدَهُ نِسْوَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُكَلِّمْنَهُ وَيَسْتَكْثِرْنَهُ عَالِيَةً أَصْوَاتُهُنَّ عَلَـٰى صَوْتِهِ فَلَمَّا اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قُمْنَ فَبَادَرْنَ ٱلْحِجَابَ فَأَذِنَ لَهُ رَسُولُ ٱللهِ فَدَخَلَ عُمَرُ وَرَسُولُ ٱللهِ يَضْحَكُ فَقَالَ عُمَرُ أَضْحَكَ ٱللهُ سِنَّكَ يَا رَسُولَ ٱللهِ فَقَالَ النَّبِيُّ عَجِبْتُ مِنْ هَؤُلَاءِ ٱللَّاتِي كُنَّ عِنْدِي فَلَمَّا سَمِعْنَ صَوْتَكَ ابْتَدَرْنَ الْحِجَابَ فَقَالَ عُمَرُ فَأَنْتَ أَحَقُّ أَنْ يَهَبْنَ يَا رَسُولَ ٱللهِ ثُمَّ قَالَ عُمَرُ يَا عَدُوَّاتِ أَنْفُسِهِنَّ أَتَهَبْنَنِي وَلَا تَهَبْنَ رَسُولَ ٱللهِ فَقُلْنَ نَعَمْ أَنْتَ أَفَظُّ وَأَغْلَظُ مِنْ رَسُولِ ٱللهِ فَقَالَ رَسُولُ ٱللهِ إِيهًا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ *
رواه البخارى
Diterima hadits dari Sholih dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid dari Abdurrohman bin Zaid dari Muhammad bin Sa'd bin Abi Waqash dari bapaknya, beliau berkata: "Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. dan di dekat Rasul banyak wanita-wanita Quraisy sedang berbicara dengan Rasulullah s.a.w. sementara mereka ribut dan pembicaraannya melebihi suara Rasulullah s.a.w. ketika Umar bin Khathab meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. para wanita itu cepat-cepat menutupkan hijabnya, dan Umar pun masuk, ketika itu terlihat Rasul tersenyum, dan Umar berkata: "Semoga Allah membahagiakan dan memanjangkan umur Tuan, wahai Rasulallah", maka Rasul bersabda: "Aku kaget dari wanita-wanita di dekatku itu, ketika mereka mendengar suaramu, mereka tergesa-gesa menutupkan hijabnya", kata Umar: "Engkaulah yang paling berhak mereka takutkan wahai Rasulallah", kemudian Umar meneruskan perkataannya: "Wahai musuh-musuh jiwa wanita!, kenapa kalian takut kepadaku tidak takut kepada Rasulullah s.a.w.?" mereka berkata: "banar, engkau lebih keras dan lebih tebal daripada Rasulullah s.a.w.". maka Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ih, begini wahai Ibnal Khathab, demi dzat yang diriku ada di tangan kekuasaanNya, syaithan tidak akan menemuimu pada jalanmu sama sekali kecuali ia melalui selain jalanmu".
HR. Bukhori
Sebab-sebab yang menguatkan keyakinan
Keyakinan bisa kuat dan bagus dengan beberapa sebab:
Pertama: Yang menjadi asal dan pondasinya ialah meresapi dan meneliti ayat-ayat, hadits-hadits dan keterangan-keterangan shahabat yang menunjukan kepada keagungan Allah, kesempurnaan Allah, dan ketunggalan Allah dalam menciptakan semua makhluk, keesaan-Nya dalam megurus dan merajai serta memaksa segala makhluk-Nya. (dalam hal ini seseorang harus menguasai tauhid ketuhanan yang disebut dengan Aqidah Uluhiyyat). Kemudian meresapi dan meneliti ayat-ayat dan hadits-hadits serta keterangan-keterangan yang menunjukan kepada benarnya para Rasul Allah dan kesempurnaannya mereka melebihi makhluk Allah yang lainnya dan diberikannya kekuatan mu’jizat. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid kenabian yang disebut dengan Aqidah Nabawiyyat). Kemudian menela’ah dan meresapi keterangan ayat dan hadits yang menunjukan kepada urusan-urusan gaib seprti urusan pahala bagi orang saleh dan siksaan bagi orang durhaka. (dalam hal ini seseorang harus menguasai Tauhid sam’iyat yang disebut dengan Aqidah sam’iyyat.). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan pirmanNya:

Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
(Al-Ankabut :51)
Kedua: Harus bisa melihat segala keadaaan di langit dan di bumi serta segala keajaiban dari semua ciptaan Allah s.w.t. dengan mata I’tibar (penglihatan batin). Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarah dengan FirmanNya:

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar.
(Fushshilat: 53)
Ketiga: mengamalkan segala sesuatu yang ia imani, dzahir bathin sesuai dengan ketentuannya dan dawam melaksanakannya serta mengerahkan segala kemampuannya. Kepada sebab ini Allah s.w.t. memberikan isyarat dengan firmanNya:

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Buah dari pada keyakinan:
1. Berpegang teguh kepada jangji Allah;
2. percaya penuh kepada tanggungan Allah;
3. menerima dan menghadap kepada hakikat mementingkan Allah;
4. meninggalkan segala sesuatu yang melupakan Allah;
5. mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah dan bertaubat dalam segala hal;
6. mengerahkan kemampuan demi mencapai keridlaan Allah.
Kesimpulan:
Yakin adalah pokok dan merupakan asal segala kebaikan, semua derajat mulia dan akhlak-akhlak terpuji adalah cabang dan buah daripada keyakinan tersebut, semuanya mengikuti kepada keyakinan, baik kuat, lemah ataupun sah dan tidaknya.
Sabda Lukman a.s. : “Tidak akan mampu amal kecuali dengan yakin dan seseorang tidak beramal kecuali seukuran keyakinannya, begitu pula tidak berkurang amal kecuali akibat dari berkurangnya keyakinan”. Oleh karena itu Rasulullah s.a.w. bersabda:
ٱَلْيَقِيْنُ ٱَلإِمَانُ كُلُّهُ (رواه البخارى
Yakin adalah iman sepenuhnya.
HR. Bukhori
Derajat Ahli Iman Dalam Keyakinannya
1. Derajat Ashabul Yamin; yaitu membenarkan yang pasti dengan sepenuh hati serta mungkin datang keragu-raguan padanya dan tergoyahkan apabila datang apa yang mengajak kepada keraguan itu. Ini disebut dengan Iman.
2. Derajat muqorrobin; yaitu memenuhi hatinya dengan keimanan dan menetapkannya sehingga tidak ada tempat dalam hatinya bagi yang menghilangkan atau mengurangi keimanan tersebut. Dalam derajat ini urusan gaib seakan-akan terlihat dengan mata telanjangnya. Dan ini sisebut Yakin.
3. Derajat Nabiyyin was Siddiqin; yaitu menjadikan urusan gaib menjadi terlihat seperti bisa melihat lauh mahfud dengan mata hatinya. Dan ini disebut Kasysyaf wal ‘ayyan.
Diantara masing-masing derajat mempunyai kelebihan dan sebagiannya lebih unggul daripada yang lainnya, demikianlah Allah mengunggulkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Disarikan oleh: AHMAD ROZIE RIDWAN, S.Ag,S.Pd.I, Jelegong... Kab Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)